Mangan merupakan salah satu komponen terpenting dalam produksi baja. Mangan
umumnya digunakan sebagai unsur paduan yang ditambahkan dalam bentuk
ferroalloy guna meningkatkan sifat mekanik baja. Secara umum, feromangan
dihasilkan melalui proses reduksi bijih mangan menggunakan karbon sebagai
reduktor pada temperatur tinggi melalui teknologi submerged arc furnace (SAF).
Namun, proses ini menghasilkan emisi karbon yang signifikan yakni sebesar 1,04-
6,0 ton CO? per ton FeMn, yang berasal dari penggunaan reduktan berbasis fosil.
Tingginya emisi CO? yang dihasilkan mendorong pengembangan alternatif
teknologi dalam proses produksi feromangan untuk mengurangi dampak
lingkungan. Penggunaan hydrogen plasma smelting reduction (HPSR) merupakan
salah satu pendekatan teknologi yang menjanjikan dalam memproduksi
feromangan dengan menggunakan gas hidrogen sebagai reduktor bebas karbon
dengan produk samping berupa uap air sehingga menjadikannya lebih ramah
lingkungan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi potensi produksi feromangan yang
lebih ramah lingkungan melalui proses reduksi langsung bijih mangan
menggunakan teknologi hydrogen plasma smelting reduction (HPSR). Terdapat
dua metode yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu perhitungan termodinamika
menggunakan perangkat lunak FactSage 8.3 serta percobaan laboratorium
menggunakan hydrogen plasma smelting reduction (HPSR). Perhitungan
termodinamika dilakukan menggunakan basis data FactPS, FToxid dan FTmisc
melalui modul equilib yang tersedia pada FactSage 8.3. Tujuan dari perhitungan
termodinamika ialah untuk mengidentifikasi kestabilan fasa bijih mengan saat
direduksi menggunakan gas hidrogen serta membandingkan hasil perhitungan
dengan percobaan. Percobaan di laboratorium dilakukan dengan memvariasikan
waktu durasi serta penambahan bijih besi sebanyak 10% berat untuk mengevaluasi
pengaruhnya terhadap komposisi kimia logam dan terak yang dihasilkan. Variasi
durasi reduksi dilakukan pada 60, 120, 180, 240, dan 360 detik dengan
menggunakan campuran gas Ar-80%H2 pada laju alir total 5 liter/menit serta bijih
mangan sebanyak 1 gram. Selain itu, dilakukan juga penambahan CaO sebanyak
25% berat pada salah satu variasi percobaan untuk mengamati pengaruhnya
terhadap hasil reduksi. Produk hasil reduksi dianalisis menggunakan scanning
ii
electron microscope-energy dispersive spectroscopy (SEM-EDS) untuk
menentukan distribusi unsur dan komposisi kimia pada logam dan terak yang
dihasilkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bijih besi sebanyak 10% berat
dalam briket dapat menurunkan kandungan Mn, meningkatkan kandungan Fe pada
logam serta menghasilkan terak dengan kandungan MnO yang lebih tinggi.
Peningkatan durasi reduksi cenderung meningkatkan kandungan Mn dan
menurunkan kandungan Fe dalam logam, serta menurunkan kandungan MnO
dalam terak. Pada durasi reduksi 240 detik pada briket tanpa penambahan bijih besi,
kandungan Mn dan Fe dalam logam masing-masing mencapai 22,63% dan 70,15%.
Selain itu, penambahan CaO sebanyak 25% berat pada salah satu variasi percobaan
diketahui menurunkan kandungan Mn dalam logam dibandingkan dengan briket
tanpa penambahan CaO. Penelitian ini menghasilkan logam dengan kandungan Mn
yang lebih tinggi dibandingkan penelitian sebelumnya yang menggunakan plasma
termal. Hasil ini menunjukkan bahwa pendekatan menggunakan hydrogen plasma
smelting reduction (HPSR) berpotensi menjadi teknologi alternatif yang lebih
ramah lingkungan untuk produksi feromangan dari bijih mangan.
Perpustakaan Digital ITB