digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Faizah 'Ainur Ridlo
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Faizah 'Ainur Ridlo
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Faizah 'Ainur Ridlo
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Faizah 'Ainur Ridlo
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Faizah 'Ainur Ridlo
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Faizah 'Ainur Ridlo
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Pada tahun 2020, cadangan bijih besi di Indonesia sebesar 927 juta ton logam besi belum diproduksi secara optimal sehingga masih dilakukan impor untuk memenuhi kebutuhan besi dalam negeri. Teknologi pemrosesan bijih besi seperti blast furnace memerlukan reduktor berupa batubara yang tidak dapat diperbarui sehingga diperlukan bahan pereduksi alternatif pengganti batubara. Di sisi lain, jumlah timbunan sampah di Indonesia mencapai 21,1 juta ton pada tahun 2022. Solusi yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan sampah menjadi energi (waste-to-energy), misalnya dengan metode peuyeumisasi sampah (PS). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemampuan PS sebagai alternatif reduktor dalam proses reduksi bijih besi limonit. Dalam penelitian ini, bijih besi limonit berasal dari PT Krakatau Posco, sedangkan peuyeumisasi sampah diambil dari sampah yang ada di ITB. Serangkaian percobaan meliputi preparasi sampel bijih besi limonit, pembuatan PS, karakterisasi awal sampel bijih besi limonit dan PS, pembuatan briket bijih besi limonit dengan variasi PS 0 %, 20 %, dan 30 %, percobaan skala laboratorium, dan analisis hasil reduksi. Percobaan pada muffle furnace dengan variasi temperatur awal 700°C, 800°C, 900°C, 1000°C, 1100°C, dan 1450°C menuju temperatur isotermal akhir 1450°C dengan total waktu reduksi selama 135 menit. Untuk menganalisis pengaruh tiap parameter, sampel dihitung perubahan beratnya. Logam hasil reduksi ditimbang untuk mengetahui beratnya. Lalu, logam dan terak dikarakterisasi menggunakan scanning electron microscope-energy dispersive spectroscopy (SEM-EDS) untuk menentukan kadar unsur dan oksida yang terdapat di dalamnya. Hasil percobaan menunjukkan bahwa peningkatan proporsi PS cenderung meningkatkan persentase perubahan berat dan terbentuknya logam hasil reduksi. Peningkatan temperatur awal reduksi umumnya meningkatkan persentase perubahan berat. Namun, tren ini tidak berlaku pada seluruh parameter karena beberapa faktor. Pada beberapa jenis briket dengan variasi temperatur awal tertentu tidak terbentuk logam. Persentase perubahan berat tertinggi sebesar 77,96% pada briket 30 % PS dengan temperatur awal reduksi 1450°C, berat logam terbesar yakni 1,70 gram pada briket 30 % PS dengan temperatur awal reduksi 800°C, dan kandungan besi pada logam hasil reduksi yang terbentuk dari semua jenis briket berkisar antara 97,33–99,95%.