BAB 1 Baihaqi Hakim
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Baihaqi Hakim
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Baihaqi Hakim
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Baihaqi Hakim
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Baihaqi Hakim
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Baihaqi Hakim
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Produksi baja di Indonesia terus meningkat seiring dengan waktu yang disebabkan
oleh beberapa faktor, seperti pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, dan konsumsi yang
meningkat. Konsumsi baja di Indonesia diproyeksikan sebesar 100 juta ton pada
tahun 2050. Dalam skala global, industri besi baja menghasilkan emisi 2,6 gigaton
karbon pada tahun 2019. Maka dari itu, teknologi produksi baja harus dialihkan
pada teknologi yang ramah lingkungan untuk mengurangi emisi karbon dioksida
sesuai dengan Perjanjian Paris abad-21. HPSR berpotensi untuk menghasilkan besi
dalam satu rute dengan kualitas produk yang tinggi, ramah lingkungan, dan
tentunya biaya produksi yang lebih murah 20% dibandingkan teknologi produksi
baja konvensional. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari lebih jauh terkait
produksi besi menggunakan HPSR dari bijih besi limonit.
Serangkaian percobaan yang meliputi preparasi serta karakteristik sampel bijih besi
limonit, proses reduksi dan peleburan di dalam reaktor HPSR yang menghasilkan
logam besi, dan karakterisasi hasil percobaan telah dilakukan. Bijih besi limonit
direduksi dan dilebur dalam reaktor HPSR dengan memvariasikan waktu reduksi
(5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120 detik), campuran gas Ar-80%H2, total laju alir gas
sebesar 5 liter/menit, dan massa bijih 5 gram. Lalu, massa bijih divariasikan (1, 2,
3, 4, 5 gram) dengan waktu reduksi 90 detik, campuran gas Ar-80%H2, dan total
laju alir gas sebesar 5 liter/menit. Kemudian, persentase campuran gas Ar-H2
divariasikan (60, 70, 80% H2) dengan total laju alir gas 5 liter/menit, waktu reduksi
90 detik, dan massa bijih 2 gram. Terakhir, total laju alir gas divariasikan (2, 3, 4,
5 liter/menit) dengan campuran gas Ar-80%H2, waktu reduksi 90 detik, dan massa
bijih 2 gram. Kehilangan berat setelah proses reduksi dianalisis terhadap setiap
variasi percobaan. Hasil produk reduksi dianalisis dengan menggunakan scanning
electron microscope-energy dispersive spectroscopy (SEM-EDS) untuk
menentukan komposisi kimia dari tiap fasa yang terbentuk.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa peningkatan waktu reduksi, total laju alir gas,
dan persentase campuran gas Ar-H2 meningkatkan derajat reduksi. Sebaliknya,
peningkatan massa bijih menyebabkan penurunan derajat reduksi berdasarkan data
kehilangan berat, foto penampang produk, dan SEM-EDS. Fraksi logam 100%
didapatkan dalam waktu 2 menit dengan massa bijih sebanyak 5 gram, campuran
gas Ar-80%H2, dan total laju alir gas 5 liter/menit. Selain itu, fraksi logam 100%
juga didapatkan pada waktu 90 detik dengan massa bijih 1 gram, total laju alir 5
liter/menit, dan campuran gas Ar-80%H2. Berdasarkan hasil SEM-EDS, logam besi
yang terbentuk memiliki komposisi besi rata-rata di atas 99%. Di sisi lain, bijih
yang belum tereduksi memiliki kadar FeO yang tinggi sekitar 50????80%.