digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Permintaan akan bahan pangan mengalami peningkatan setiap tahunnya, baik untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun untuk kebutuhan ekspor ke luar negeri. Pertumbuhan kebutuhan pangan yang terus meningkat menyebabkan diperlukannya bahan pangan alternatif. Porang (A. muelleri) adalah salah satu bahan pangan alternatif dengan kandungan glukomanan tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat, baik domestik maupun ekspor. Adanya peningkatan permintaan dan volume ekspor dari porang, mengakibatkan posisi tawar petani lemah dan distribusi keuntungan hanya dirasakan oleh pihak hilir saja, terutama industri pengolahan. Adanya urgensi tersebut diperlukan analisis dan pengelolaan rantai nilai yang lebih adil untuk pengembangan tanaman porang sebagai komoditas utama. Literasi tentang tata kelola rantai nilai berbasis kelembagaan seperti koperasi masih minim, padahal koperasi berperan penting secara ekonomi dan sosial dalam distribusi hasil panen dan penguatan solidaritas petani. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melakukan eksplorasi dan menganalisis risiko yang terjadi pada rantai nilai porang berskala koperasi di Indonesia. Koperasi Porang Garut Agro (KPGA) merupakan sebuah koperasi yang berfokus pada pengembangan usaha pertanian, khususnya komoditas porang di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Namun, sistem rantai nilai porang di Koperasi Porang Garut Agro (KPGA), masih menghadapi berbagai tantangan seperti keterbatasan fasilitas pengolahan, ketidaktertiban distribusi, nilai tambah yang tidak merata antar pelaku, serta ketergantungan terhadap industri pengolahan luar daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemetaan rantai nilai porang, menganalisis tata kelola yang berlangsung, mengevaluasi proses peningkatan, serta merumuskan strategi pengembangan rantai nilai yang kompetitif. Penelitian menggunakan pendekatan metode mixed-method melalui kasus dengan teknik pengumpulan data primer berupa wawancara, observasi, dan kuesioner, serta data sekunder dari literatur dan dokumen pendukung. Analisis data rantai nilai dilakukan secara kualitatif menggunakan kerangka Kaplinsky & Morris (2001) yang dimodifikasi dengan ACIAR (2012) dan Gereffi et al. (2005), serta kuantitatif melalui matriks SWOT dan QSPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemetaan rantai nilai porang di KPGA mencakup lima tahapan utama, yakni penyediaan input, budidaya, panen, penyortiran, dan distribusi, dengan pelaku utama terdiri dari petani, pengepul, KPGA, dan industri pengolahan. Terdapat dua skema rantai nilai yang berjalan, yaitu dari petani ke pengepul melalui KPGA ke industri pengolahan dan dari petani ke pengepul dan selanjutnya ke industri pengolahan. Tata kelola rantai nilai KPGA telah berjalan melalui fungsi koordinasi dan pembinaan petani, namun belum optimal karena keterbatasan modal, fasilitas pengolahan, dan belum terbangunnya sistem informasi digital. Meski demikian, KPGA telah menjalin kemitraan dengPermintaan akan bahan pangan mengalami peningkatan setiap tahunnya, baik untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun untuk kebutuhan ekspor ke luar negeri. Pertumbuhan kebutuhan pangan yang terus meningkat menyebabkan diperlukannya bahan pangan alternatif. Porang (A. muelleri) adalah salah satu bahan pangan alternatif dengan kandungan glukomanan tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat, baik domestik maupun ekspor. Adanya peningkatan permintaan dan volume ekspor dari porang, mengakibatkan posisi tawar petani lemah dan distribusi keuntungan hanya dirasakan oleh pihak hilir saja, terutama industri pengolahan. Adanya urgensi tersebut diperlukan analisis dan pengelolaan rantai nilai yang lebih adil untuk pengembangan tanaman porang sebagai komoditas utama. Literasi tentang tata kelola rantai nilai berbasis kelembagaan seperti koperasi masih minim, padahal koperasi berperan penting secara ekonomi dan sosial dalam distribusi hasil panen dan penguatan solidaritas petani. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melakukan eksplorasi dan menganalisis risiko yang terjadi pada rantai nilai porang berskala koperasi di Indonesia. Koperasi Porang Garut Agro (KPGA) merupakan sebuah koperasi yang berfokus pada pengembangan usaha pertanian, khususnya komoditas porang di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Namun, sistem rantai nilai porang di Koperasi Porang Garut Agro (KPGA), masih menghadapi berbagai tantangan seperti keterbatasan fasilitas pengolahan, ketidaktertiban distribusi, nilai tambah yang tidak merata antar pelaku, serta ketergantungan terhadap industri pengolahan luar daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemetaan rantai nilai porang, menganalisis tata kelola yang berlangsung, mengevaluasi proses peningkatan, serta merumuskan strategi pengembangan rantai nilai yang kompetitif. Penelitian menggunakan pendekatan metode mixed-method melalui kasus dengan teknik pengumpulan data primer berupa wawancara, observasi, dan kuesioner, serta data sekunder dari literatur dan dokumen pendukung. Analisis data rantai nilai dilakukan secara kualitatif menggunakan kerangka Kaplinsky & Morris (2001) yang dimodifikasi dengan ACIAR (2012) dan Gereffi et al. (2005), serta kuantitatif melalui matriks SWOT dan QSPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemetaan rantai nilai porang di KPGA mencakup lima tahapan utama, yakni penyediaan input, budidaya, panen, penyortiran, dan distribusi, dengan pelaku utama terdiri dari petani, pengepul, KPGA, dan industri pengolahan. Terdapat dua skema rantai nilai yang berjalan, yaitu dari petani ke pengepul melalui KPGA ke industri pengolahan dan dari petani ke pengepul dan selanjutnya ke industri pengolahan. Tata kelola rantai nilai KPGA telah berjalan melalui fungsi koordinasi dan pembinaan petani, namun belum optimal karena keterbatasan modal, fasilitas pengolahan, dan belum terbangunnya sistem informasi digital. Meski demikian, KPGA telah menjalin kemitraan dengan beberapa industri pengolahan. Upaya peningkatan rantai nilai di KPGA meliputi perbaikan kualitas produk melalui penyortiran umbi, peningkatan proses budidaya berbasis sumber daya lokal dan musim, serta perluasan fungsi KPGA sebagai penyedia layanan teknis. Melalui analisis SWOT dan QSPM, diperoleh sembilan strategi alternatif, dengan prioritas utama membangun fasilitas pengolahan sederhana melalui kemitraan industri (skor 4,294), diikuti strategi hilirisasi produk turunan (3,941) dan perluasan akses pasar melalui penguatan pemasaran (3,569). Kata kunci: KPGA, rantai nilai, SWOT, porang, QSPM, strategi keberlanjutan, tata kelola, upgradingan beberapa industri pengolahan. Upaya peningkatan rantai nilai di KPGA meliputi perbaikan kualitas produk melalui penyortiran umbi, peningkatan proses budidaya berbasis sumber daya lokal dan musim, serta perluasan fungsi KPGA sebagai penyedia layanan teknis. Melalui analisis SWOT dan QSPM, diperoleh sembilan strategi alternatif, dengan prioritas utama membangun fasilitas pengolahan sederhana melalui kemitraan industri (skor 4,294), diikuti strategi hilirisasi produk turunan (3,941) dan perluasan akses pasar melalui penguatan pemasaran (3,569).