Kajian ini berfokus pada system pembangkit listrik di lapangan Donggi Matindok (DMF) yang merupakan salah satu unit usaha Pertamina (Persero) dibawah pengelolaan Sub Holding Upstream (SHU), sejak awal digunakan pembangkit di DMF belum beroperasi secara optimal karena listrik yang diutilisasi hanya sebesar 40% dari kapasitas terpasangnya sehingga memilik kelebihan listrik sebesar 4-6 MW yang belum termanfaatkan dengan nilai ekonomi sekitar 33,9 milyar rupiah per tahun. Untuk memastikan keberlanjutan bisnis perusahaan, lapangan Donggi Matindok perlu terus berinovasi dalam rangka meningkatkan pendapatan ataupun menurunkan biaya operasinya agar menjadi lebih optimal. Data skunder berupa laporan operasi, laporan kajian internal, data teknis dan data catatan perbaikan dari perusahaan digunakan sebagai data kuantitatif menjadi data awal untuk merumuskan permasalahan dan dasar untuk analisis. Sedangkan data primer diperoleh dengan pengumpulan data kualitatif melalui diskusi kelompok terfokus (FGD), kuisioner dan interview, hasil FGD bersama ahli-ahli dibidang pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit listrik dilakukan untuk mengetahui pilihan area-area yang menungkinkan untuk dikembangkan. Selanjutnya Kepner-Tregoe design thinking digunakan untuk memilah area pengambangan mana yang paling mungkin dilaksanakan. Analisa SWOT dan PESTEL dilakukan untuk mengevaluasi kondisi secara mikro serta makro dan dengan menggunakan pendekatan Value Focused Thinking (VFT), brainstorming dengan para ahli menghasilkan berbagai kriteria dan sub-kriteria untuk menemukan alternatif solusi yang layak untuk diterapkan. Analytical Hierarchy Process (AHP) kemudian digunakan untuk memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang ditemukan oleh para ahli. Analisis data AHP menunjukkan bahwa melakukan pertukaran listrik dengan PLN merupakan solusi terbaik untuk dapat meningkatkan efisiensi pada system pembangkit listik di DMF. Untuk mengimplementasikan pertukaran listrik ini memerlukan waktu yang cukup lama dan melibatkan banyak pemangku kepentingan karena merupakan model kerjasama yang jarang digunakan di perusahaan besar seperti Pertamina dan PLN, hal ini dapat menjadi contoh untuk diterapkan pada bidang usaha lain dengan kondisi permasalahan yang sama dimasa mendatang.
Perpustakaan Digital ITB