digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian mengenai uji stabilitas armor unit Pentapod sebelumnya telah menghasilkan koefisien stabilitas KD. Tipe penyusunan armor unit secara acak dan teratur sebelumnya tanpa analisis run-up. Penelitian ini akan berfokus pada analisis yang belum dilakukan sebelumnya yaitu run-up (rayapan gelombang). Indonesia merencanakan breakwater Giant Sea Wall di Teluk Pantai Utara Jakarta untuk melindungi daratan dari potensi tenggelam karena terjadi penurunan tanah sekitar -5,71 cm per tahun dan kenaikan permukaan laut sekitar +1,65 cm per tahun di Jakarta. Studi run-up akan menggunakan struktur Giant Sea Wall sebagai breakwater dengan tujuan untuk membandingkan kinerja dua jenis armor yaitu Pentapod dan armor baru Monopod dalam meredam energi gelombang dan mereduksi run-up. Pengujian dilakukan melalui simulasi Computational Fluid Dynamics (CFD) menggunakan perangkat lunak Flow 3D-Hydro. Terdapat 18 pengujian untuk masing-masing armor Monopod dan Pentapod jenis Octa, Cube dan Cone. Hasil run-up Monopod Ru/H skenario ke-7 armor unit Mono-Octa 1.661, Mono-Cone 1.540 dan Mono-Cube 1.556. Hasil run-up Pentapod Ru/H armor unit Penta-Octa 1.402, Penta-Cone 1.354 dan Penta-Cube 1.410. Armor dengan koefisien Ru/H terkecil adalah Mono-Cone dan Penta-Cone. Faktor bentuk Cone membuat struktur mampu meredam energi dan mereduksi run-up lebih baik dari armor Octa atau Cube. Telah dilakukan uji pada model Mono-Cube Tipe B kaki dilubangi hasil Ru/H 1.417 lebih kecil dari Mono-Cube Tipe A 1.556. Energi disipasi dipengaruhi oleh parameter gelombang seperti Tn, Ln, dan Hn. Terkait dengan run-up gelombang, kedua fenomena ini berbanding terbalik. disipasi energi yang lebih kecil akan menghasilkan run-up yang lebih besar pada sisi miring pemecah gelombang breakwater.