Kota Pasuruan telah berkembang sejak masa pra kolonial hingga saat ini, tercermin dalam bentuk kota dan bangunan peninggalan bersejarah. Pesatnya perkembangan kota telah menggeser makna ruang, menyebabkan kawasan bersejarah terabaikan sebagai bagian dari identitas kota. Pencanangan Pemerintah Kota akan city branding ‘Madinah van Java’ sejak 2021 cenderung memusatkan perhatian pada simbol religius Islam, dan berpotensi mengaburkan keberadaan elemen identitas historis-budaya, seperti kawasan kolonial, Kawasan Pecinan, Pelabuhan dan tradisi pesisir. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji dan mengungkapkan identitas Kota Pasuruan saat ini, yang terbentuk melalui interaksi antara elemen-elemen lingkungan binaan dari masa lalu dan dinamika perkembangan kota. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif (mixed methods), serta gabungan antara deduktif dan induktif. Data diperoleh melalui observasi dan wawancara warga, komunitas lokal, akademisi, dan unsur pemerintah. Analisis data melalui inductive dan axial coding untuk mengungkap elemen kota yang muncul dalam narasi kolektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa identitas Kota Pasuruan saat ini terbentuk sebagai kota dengan citra religius-sosial dengan konsentrasi spasial di pusat kota lama. Citra kota dibentuk oleh pengalaman ruang, makna simbolik, dan keterikatan emosional masyarakat terhadap ruang-ruang religius, sedangkan elemen historis non-religius masih terfragmentasi. Identitas kota berkembang melalui proses sejarah berlapis, tetapi belum terintegrasi secara utuh dalam tata ruang masa kini.
Perpustakaan Digital ITB