digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Alif Shidqie Al Bani
PUBLIC Open In Flipbook Rita Nurainni, S.I.Pus

Sampah plastik telah menjadi suatu isu dalam skala global dan memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Setiap tahunnya, produksi sampah plastik tersebut selalu mengalami peningkatan hingga pada tahun 2019 jumlahnya mencapai 368 juta ton/tahun. Sampah plastik yang bersumber dari aktivitas antropogenik di darat dapat memasuki lautan atau dikenal dengan marine debris dan akan ditransportasikan oleh arus laut hingga sampai di suatu lokasi. Selama beberapa tahun ini, salah satu lokasi yang menjadi tempat akumulasi sampah yang terbawa oleh arus laut adalah di Kepulauan Cocos (Keeling) Australia. Berdasarkan laporan terdahulu, akumulasi sampah di kepulauan tersebut mencapai 238 ton pada tahun 2017. Indonesia merupakan salah satu lokasi yang dilalui oleh Arlindo yang bergerak menuju Samudra Hindia. Hal ini menjadi sebuah pertanyaan apakah Arlindo berperan dalam mentransportasikan sampah plastik dari Indonesia ke Kepulauan Cocos (Keeling). Untuk melihat pola arus dan sumber sampah plastik yang ditemukan di Kepulauan Cocos (Keeling) akan dilakukan model numerik. Model hidrodinamika yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Regional Ocean Modelling System (ROMS) dengan kondisi baroklinik. Hasil simulasi hidrodinamika yang diperoleh dari ROMS akan divalidasi dan dijadikan sebagai input untuk membuat model pelacakan mundur (backward model) menggunakan OpenDrift untuk melihat pergerakan dan sumber marine debris tersebut. Simulasi ini dilakukan di Kepulauan Cocos (Keeling) dan perairan sekitarnya selama 1 tahun pada tahun 2017. Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai korelasi pasang surut adalah 0,9 di Semarang dan 0,81 di Pangandaran. Ditemukan sebesar 18,6% partikel marine debris atau sebanyak 3.340 partikel berasal dari wilayah Indonesia. Beberapa lokasi di Indonesia yang menjadi sumber akumulasi marine debris di Kepulauan Cocos (Keeling), diantaranya Teluk Lampung, Way Sekampung, Lampung Barat, Jakarta, dan Pelabuhan Ratu dengan waktu tiba antara 163 - 422 hari. Partikel tersebut terbawa arus, seperti Arlindo, SEC, atau arus lainnya di Samudra Hindia Selatan hingga terakumulasi di Kepulauan Cocos (Keeling).