Abstrak - Aidila Fitria Syafa
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Sejak dahulu, masyarakat Jawa telah menganggap lintang kemukus sebagai
isyarat terjadinya peristiwa besar yang berkaitan dengan suatu kerajaan. Kisah
lintang kemukus dan pertarungan keris di masa akhir Majapahit sudah
populer di masyarakat Jawa, diturunkan secara lisan maupun tertulis dalam
bentuk babad, seperti Babad Segaluh-Mataram yang digunakan dalam penelitian
ini. Kisah pada babad tersebut memuat pertarungan antara Keris
Condongcampur, Keris Sengkelat, dan Keris Sabuk Inten. Pertarungan ini
kemudian membuat keris yang kalah, yakni Condongcampur, menjelma menjadi
lintang kemukus. Dalam astronomi, lintang kemukus diistilahkan sebagai
komet.
Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi peristiwa lintang kemukus
dengan kedatangan komet di masa akhir Majapahit (1402-1471). Penulis
menggunakan data-data komet yang diambil dari buku ’Cometography Volume
1’ oleh Gary W. Kronk. Untuk mengidentifikasi rentang tahun tersebut,
dilakukan studi literatur mengenai masa pemerintahan raja-raja Majapahit,
terutama yang disinggung dalam cerita Babad Segaluh-Mataram. Penulis
mengambil 6 kandidat komet dengan rentang tahun seperti di atas, lalu
menganalisis kenampakannya di Pulau Jawa (Kota Mojokerto) menggunakan
perangkat lunak Halley—Electronic Ephemerides of Comet dan Stellarium.
Dari 6 kandidat komet, diambil Komet C/1471 Y1 sebagai kandidat utama.
Hal ini dilatarbelakangi oleh tahun kemunculan komet yang sesuai pada
rentang kepemimpinan Kertabhumi (raja dalam latar kisah lintang kemukus)
serta catatan sejarah yang paling lengkap dan banyak dibandingkan kandidat
komet lain. Hasil rekonstruksi menunjukkan bahwa Komet C/1471 Y1 terlihat
di Mojokerto pada rentang 1 Desember 1471 hingga 21 Januari 1472 di dini
hari dengan magnitudo yang paling tinggi dibandingkan kandidat lain.
Perpustakaan Digital ITB