Periodontitis menyebabkan kerusakan tulang alveolar di sekitar gigi oleh karena itu diperlukan
perawatan komprehensif, yang memperbaiki kerusakan tulang dengan terapi regenerasi. Membran
Guided Bone Regeneration (GBR) adalah salah satu material yang digunakan untuk memulihkan
dan meregenerasi jaringan gigi fungsional melalui pendekatan inovatif, termasuk penggunaan
membran dan molekul sinyal tertentu. Membran GBR harus memiliki sifat biokompatibilitas,
osteoinduktif, dan osteogenik. Namun, kenyataannya membran yang umum digunakan yaitu
kolagen masih memiliki kekurangan yaitu cepat terdegradasi dan tidak terkontrol, serta kekuatan
mekanik rendah, sehingga menggunakan biomaterial lain yang berpotensi osteogenik. Potensi
osteogenik inilah dijadikan alasan utama biosilika dipilih menjadi bahan dasar scaffold untuk
tulang dan membran GBR. Spons merupakan hewan laut yang memiliki kelimpahan dalam jumlah
besar di perairan. Salah satu kandungan dari spons adalah biosilika yang merupakan mineral
penting untuk menginduksi proses mineralisasi sel –sel osteogenik. Spons yang akan digunakan
adalah spesies Melophlus sarasinorum (MS) dan Xetospongia testudinaria (XT), karena memiliki
kandungan biosilika tertinggi. Silika sebagai bahan dasar komponen pembentukan tulang
berpotensi osteogenik, karena berperan sebagai substrat kalsium yang penting bagi proses
mineralisasi tulang. Biosilika yang berasal dari spons tidak dapat digunakan secara mandiri
dikarenakan sifat biokompatibilitas dan sifat mekanis yang kurang baik, sehingga dicampurkan
dengan material lain yaitu Polycaprolactone (PCL) dan chitosan. PCL merupakan polimer yang
biodegradabel, biokompatibel, dan memiliki sifat mekanis baik. PCL bersifat hidrofobik, sehingga
sering dikombinasikan dengan polimer hidrofilik seperti chitosan untuk meningkatkan interaksi
dengan sel dan jaringan. Campuran biomaterial antara Poly E-caprolactone (PCL) dan chitosan
digunakan sebagai komposit yang berperan sebagai bahan osteokonduktif, biokompatibel, dan
fleksibilitas tinggi bersama dengan biosilika. Sebanyak 2 spesies spons laut dari Sangihe, Sulawesi
Utara, yaitu MS dan XT, dikarakterisasi fisik dan kimiawi,digunakan sebagai bahan utama
penelitian, kemudian pada tahap akhir dipilih satu spesies spons yang dibuat menjadi membran
GBR. Sel punca mesenkim diketahui memiliki potensi proliferasi yang luas dan kemampuan untuk
berdiferensiasi dalam berbagai jenis sel. Sel punca yang digunakan adalah sel human Wharton’s
Jelly-MSCs (hWJ-MSCs) yang berasal dari tali pusar bayi baru lahir dengan sectio caesarian.
Ekstrak biosilika yang berasal dari spons ini kemudian digunakan sebagai biomaterial scaffold,
scaffold dibuat dengan metode salt leaching dan freezedrying, serta diujikan dengan sel hWJMSC.
Hasil fabrikasi scaffold kemudian dievaluasi untuk kemudian dikembangkan menjadi
membran GBR.
Adapun tahap penelitian mencakup dua kajian yaitu: 1. Pengujian potensi (biokompatibilitas)
biosilika dari dua spesies spons dengan karakterisasi fisik, kimia dan biologis, kemudian dilakukan
fabrikasi scaffold dengan metode salt leaching, 2. Pembuatan membran GBR berdasarkan hasil
tahap penelitian awal. Sel punca yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tali pusat
(Wharton's Jelly) yang diperoleh di Rumah Sakit Bersalin Bandung (RSKIA) Bandung, dan
protokol penelitian ini disetujui oleh institusi yang sama (No. KE-FK-0342-EC-2021). Sampel
kemudian dibersihkan dalam larutan yodium 10%. Kultur primer hWJ-MSCs dilakukan dengan
metode enzimatik. Sampel tali pusat dipotong-potong dengan ukuran 3-5 cm, dan vena serta arteri
dikeluarkan dari Wharton's Jelly. Bagian Wharton's Jelly dipotong-potong menjadi 1 cm x 1 mm,
kemudian ditempatkan dalam cawan 100 mm dan diinkubasi pada suhu kamar untuk menempelkan
jaringan. Sel hWJ-MSCs kemudian dikultur hingga pasase ke-5 dan dipanen. Sebanyak 5000 sel
hWJMSC/sumur ditanam diatas scaffold biosilika, diinkubasi pada 37 °C, 5% CO2 dalam medium
100 ?m Dulbecco's modified eagle medium (DMEM). Sel hWJMSC dikultur selama 21 hari, dan
pada hari ke 7, 14, 21 sampel diambil untuk diperiksa beberapa parameter uji. Uji kualitatif dan
kuantitatif dilakukan meliputi uji biokompatibilitas, uji proliferasi dan uji toksisitas sel telah
dilakukan. Uji kualitatif yaitu pewarnaan dengan Alizarine Red Staining, dan uji imunositokimiawi
berupa marker osteogenesis diperiksa meliputi kolagen tipe 1, osteocalcin (OCN) dan osteopontin
(OPN) masing masing pada hari ke 7, 14, dan 21.
Penelitian tahap awal telah dilakukan dengan membuat 7 kombinasi scaffold dari 2 species tersebut
yaitu Polycaprolactone (PCL), PCL+Si 33 (Si33), PCL+Si 50 (Si50), PCL+MS33 (MS33),
PCL+MS50 (MS50), PCL+XT33 (XT33), dan PCL+XT50 (XT50). Dilanjutkan dengan uji
karakteristik fisik dan kimiawi, yaitu uji SEM, uji FTIR, uji sudut kontak dan uji daya serap.
Adapun tahap kedua penelitian yaitu pengembangan scaffold ke membran GBR, dimulai dengan
fabrikasi membran menggunakan metode freeze-dry. Serbuk biosilika dilarutkan dalam asam
asetat 2% (v/v) dengan perbandingan rasio 0,933 g serbuk biosilika: 1 ml asam asetat 2% (v/v)
diaduk selama 24 jam. Larutan kitosan dibuat dengan melarutkan 4 w/t% kitosan pada larutan
asam asetat 2% (v/v) kemudian diaduk selama 8 jam pada temperatur 60°C. Berikutnya, larutan
kitosan dengan larutan biosilika dicampur dengan perbandingan 2:1 dan diaduk selama 30 menit,
lalu dilakukan freeze drying selama 48 jam untuk memperoleh membran GBR.
Penelitian tahap awal diperoleh hasil bahwa scaffold kelompok MS33 dan XT50 memiliki sifat
biokompatibilitas yang lebih baik dibandingkan dengan scaffold kontrol (PCL, Si33 dan Si50),
memiliki sifat karakteristik fisik (SEM, pori, sudut kontak) dan kimiawi (daya serap, FTIR,
biodegradasi) lebih baik daripada scaffold X.testudinaria dan dapat dikembangkan menjadi
membran GBR. Proliferasi sel meningkat hingga hari ke-14 untuk scaffold MS33 dan XT50, jika
dibandingkan dengan scaffold PCL, namun mengalami penurunan jumlah sel pada scaffold Si33
dan scaffold Si50 pada hari ke-14 perlakuan. Gambaran struktur SEM scaffold biosilika yang
menunjukkan kristal yang berbentuk jarum memanjang dengan tipe oxea, memungkinkan
perlekatan sel pada scaffold yang memiliki luas permukaan yang lebih besar, bila dibandingkan
dengan scaffold Si33 dan Si50 yang memiliki struktur kristal yang membulat dan luas permukaan
yang lebih kecil. Scaffold MS50 dan XT50 menunjukkan proliferasi sel yang mengalami
peningkatan yang signifikan di hari ke-14 dibandingkan dengan scaffold biosilika lainnya. Hasil
ini menunjukkan bahwa scaffold XT50 tidak toksik dan mendukung proliferasi sel hWJ-MSC.
Namun demikian, berdasarkan hasil biodegradasi dan bentuk fisik scaffold yang agak rapuh
(fragile), dipilih M.sarasinorum yang akan digunakan untuk pengembangan ke guided membrane
regeneration (GBR). Berdasarkan hasil karakteristik FACS, sel hWJ-MSCs menunjukkan penanda
positif CD90, CD73, dan CD105 dengan rata-rata >90%, sementara untuk penanda negatif (Linnegatif)
yang diperoleh sebanyak 0%. Hasil uji multipotensi, hWJ-MSCs dapat berdiferensiasi
menjadi sel lini : adiposit, kondrosit, dan osteosit. Berdasarkan hasil investigasi kajian mengenai
membran GBR ini dihasilkan bahwa : gambaran SEM menunjukkan bahwa sel hWJ-MSCs
mengalami perlekatan dengan membran biosilika. Ukuran pori 50–250 ?m pada scaffold biosilika
dengan kisaran ideal untuk osteogenesis (100-300 ?m), yang berkontribusi terhadap peningkatan
penetrasi nutrien dan diferensiasi sel. Uji FTIR, didapatkan bahwa gugus Si-O-Si berperan penting
dalam bioaktivitas permukaan yang mendukung adsorpsi protein dan perlekatan sel, sudut kontak
yang diperoleh membran <900 yang menunjukkan bahwa membran dapat meningkatkan adhesi
dan proliferasi sel, dan memfasilitasi osteogenesis antara lingkungan biologis dan material, hasil
uji biodegradasi antar kelompok membran biosilika MS menunjukkan laju degradasi lebih baik
hingga hari ke- 21 dibandingkan membran kontrol. Membran GBR mampu menginduksi
proliferasi, mulai terlihat pada hari ke - 5 hingga hari ke - 14, proliferasi sel hWJ-MSC meningkat
secara signifikan, peningkatan proliferasi kemungkinan disebabkan oleh ukuran pori yang sesuai
untuk infiltrasi sel, serta sifat hidrofilik membran GBR yang ditunjukkan dari hasil uji sudut
kontak (<900). Berdasarkan analisis dan karakterisasi dengan sifat mekanis, toksisitas, viabilitas,
dan biodegradibilitas membran barrier, terlihat bahwa membran biosilika mendukung viabilitas,
proliferasi dan diferensiasi sel hWJ-MSC diatas membran tanpa pemberian zat tumbuh lain, dan
menginduksi sel hWJ-MSCs menjadi osteosit. Hasil uji kualitatif menunjukkan sel telah
mengalami mineralisasi (deposit kalsium) dengan pewarnaan Alizarine, dan analisis
imunositokimiawi yang dihasilkan juga sejalan yaitu ekspresi kolagen tipe 1 yang meningkat
hingga hari ke-21, sementara ekspresi osteocalcin (OCN) mulai meningkat pada hari ke-14 hingga
hari ke-21, dan OPN yang menunjukkan ekspresi paling kuat pada hari ke-21.
Hasil studi kajian pertama menunjukkan bahwa scaffold biosilica bersifat biokompatibel dan
mendukung pertumbuhan sel hWJ-MSCs. Di antara tujuh komposit scaffold, PCL+MS50 dan
PCL+XT50 mendukung pertumbuhan sel hWJ-MSC. scaffold biosilika PCL+MS50 dan
PCL+XT50 yang dibuat dari dua spesies spons, M. sarasinorum dan X. testudinaria adalah
scaffold 3D yang menjanjikan untuk aplikasi potensial dalam rekayasa jaringan tulang.
Hasil investigasi tahap kedua mengenai membran GBR ini dihasilkan bahwa membran GBR
mampu menginduksi proliferasi, mulai terlihat pada hari ke - 5 hingga hari ke - 14, proliferasi sel
hWJ-MSC meningkat secara signifikan, peningkatan proliferasi kemungkinan disebabkan oleh
ukuran pori yang sesuai untuk infiltrasi sel, serta sifat hidrofilik membran GBR yang ditunjukkan
dari hasil uji sudut kontak (<900). Hasil uji sudut kontak juga sejalan dengan hasil proliferasi sel,
menunjukkan bahwa membran GBR bersifat hidrofil, yang menunjukkan bahwa membran
biosilika dapat meningkatkan adhesi dan proliferasi sel, dan memfasilitasi osteogenesis antara
lingkungan biologis dan material. Berdasarkan analisis dan karakterisasi dengan sifat mekanis,
toksisitas, viabilitas, dan biodegradibilitas membran GBR, terlihat bahwa membran biosilika
mendukung viabilitas, proliferasi dan diferensiasi sel hWJ-MSC diatas membran tanpa pemberian
zat tumbuh lain, dan menginduksi sel hWJ-MSCs menjadi osteosit.
Hasil analisis kualitatif diperkuat dengan hasil analisis imunositokimia menunjukkan bahwa
membran GBR yang berasal dari biosilika M.sarasinorum bersifat osteogenik mendukung proses
mineralisasi (deposit kalsium), dan berpendarnya fluoresense warna sebagai ekspresi protein
marker kolagen tipe 1 (hijau), osteocalcin (merah), dan osteopontin (magenta), hal ini menandakan
bahwa sel hWJ-MSCs yang ditumbuhkan diatas membran GBR biosilika dapat menginduksi
proliferasi dan menginisiasi diferensiasi osteogenik.
Perpustakaan Digital ITB