Pencemaran zat warna seperti Metilen Biru (MB) dari limbah industri memerlukan
metode remediasi yang efektif. Adsorpsi merupakan metode efektif untuk
menyisihkan zat warna seperti metilen biru (MB) dari limbah industri di perairan
karena operasionalnya yang sederhana, efisiensi yang tinggi, serta biaya yang relatif
rendah, namun seringkali masih bergantung pada silika sintetis yang mahal atau
adsorben yang memerlukan modifikasi kimia. Biosilika (BS) dari sumber hayati
seperti mineral diatomit (DBS) dan mikroalga diatom Cyclotella striata (CBS)
menawarkan alternatif dalam pemanfaatan limbah silika di perairan. Meskipun
demikian, studi mengenai optimasi dan pemanfaatan langsung biosilika alami ini
tanpa modifikasi untuk adsorpsi MB masih terbatas, sehingga potensinya sebagai
pengganti silika sintetis belum banyak dikaji dalam basis kemometri dan
eksperimen. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan dan
membandingkan kinerja adsorpsi DBS dan CBS sebagai adsorben MB melalui
pendekatan Response Surface Methodology (RSM) dan studi eksperimental.
Metodologi penelitian meliputi kultivasi C. striata, ekstraksi biosilika, karakterisasi
menggunakan FTIR, studi adsorpsi, serta studi optimasi. Hasil karakterisasi
menggunakan Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) menunjukkan
bahwa CBS memiliki intensitas puncak gugus hidroksil (O-H) yang lebih tinggi,
mengindikasikan kelimpahan gugus silanol (Si-OH) di permukaannya sebagai situs
aktif adsorpsi. Studi kinetika pada DBS menunjukkan proses mengikuti model orde
dua semu (R²=0,9916), sedangkan isoterm adsorpsi mengikuti model Sips
(R²=0,9565). Hasil screening faktor dengan full factorial design menunjukkan
bahwa waktu kontak memiliki pengaruh paling kecil di antara faktor signifikan
lainnya dan oleh karena itu ditetapkan konstan pada tahap optimasi berikutnya.
Optimasi lebih lanjut menggunakan Central Composite Design (CCD)
menghasilkan model kuadratik yang sangat baik untuk memprediksi %removal
pada kedua adsorben, dengan nilai R² masing-masing 0,928 untuk DBS dan 0,933
untuk CBS. Analisis CCD mengungkapkan bahwa pengaruh pH lebih signifikan
untuk CBS, yang kemungkinan akibat jumlah gugus silanolnya yang lebih tinggi,
sementara pengaruh konsentrasi MB lebih signifikan untuk DBS akibat
kapasitasnya yang rendah. Hasil paling signifikan dari penelitian ini adalah
perbandingan performa, yang menunjukkan bahwa CBS secara drastis lebih unggul
daripada DBS. Adsorben CBS mampu mencapai %removal >90% hanya dengan 40 mg adsorben, sedangkan DBS memerlukan lebih dari 150 mg untuk mencapai
efisiensi serupa. Kapasitas adsorpsi (q?) CBS juga jauh lebih tinggi (9,71–79,6
mg/g) dibandingkan DBS (2,18–5,79 mg/g). Studi desorpsi menggunakan metanol
juga menunjukkan efisiensi pelepasan MB hingga 58,68% untuk CBS,
mengindikasikan potensi regenerasi yang baik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
biosilika dari kultur C. striata merupakan adsorben terbarukan yang sangat efektif
untuk remediasi zat warna, dengan performa yang jauh melampaui alternatifnya
yang berbasis mineral.
Perpustakaan Digital ITB