Isu kesehatan mental telah menjadi topik global yang kompleks, menurut World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa satu dari delapan orang di dunia mengalami gangguan mental, seperti kecemasan dan depresi, yang diperburuk oleh tekanan lingkungan perkotaan. Urbanisasi yang masif mengubah struktur sosial, lingkungan fisik dan pola hidup, sementara lingkungan binaan seringkali minim akan ruang hijau yang restoratif. Kota Malang, khususnya koridor Jalan Soekarno Hatta yang merupakan pusat aktivitas komersial dan jalur kolektor primer, menghadapi tantangan dalam mewujudkan ruang publik yang mendukung kesejahteraan psikologis penggunanya. Selain kasus bunuh diri yang pernah terjadi di kawasan ini, permasalahan lainnya seperti sirkulasi pejalan kaki yang tidak terintegrasi, polusi visual reklame, dan aktivitas ruang publik yang kurang merata menunjukkan perlu adanya pendekatan baru dalam merancang kawasan ini. Pada penelitian ini bertujuan merancang koridor jalan berbasis prinsip desain restoratif yang diidentifikasi melalui persepsi pengguna dan pendekatan fragmental. Sasaran yang terjawab mencakup beberapa poin diantaranya, identifikasi sebaran koridor jalan yang memiliki pengaruh terhadap efek pemulihan pengguna, mengetahui aspek fisik dan non fisik yang memberikan pengaruh terhadap tingkat pemulihan pengguna, menghasilkan sintesa prinsip dan elemen desain restoratif dan merumuskan strategi desain yang mampu menciptakan ruang koridor jalan sebagai ruang publik yang lebih sehat, inklusif, dan berkarakter. Pendekatan restoratif didasarkan pada beberapa teori seperti, Perceived Restorativeness Scale (PRS) yang menilai kenyamanan dan relaksasi ruang publik, konsep active city dan analisis elemen restoratif. Melalui pendekatan partisipatif dari responden, penelitian ini menyoroti kebutuhan akan elemen desain yang menstimulasi pengalaman lanskap, meningkatkan kesejahteraan, dan memfasilitasi interaksi sosial pada ruang koridor. Metode perancangan menggunakan pendekatan fragmental yang memisahkan dan menganalisis tiap elemen koridor. Hasil yang didapatkan berupa penilaian yang menunjukkan potensi dan persoalan pada koridor Jalan Soekarno Hatta yang kemudian mengungkap elemen fisik yang paling berkontribusi terhadap pengalaman restoratif, seperti aspek vegetasi, pencahayaan, jalur pedestrian, dan enclosure ruang. Selain itu, partisipasi pengguna menunjukkan bahwa kenyamanan, ketenangan, dan konektivitas ruang menjadi faktor penting dalam menciptakan pengalaman yang menenangkan. Koridor Jalan Soekarno Hatta berdasarkan arahan Rencana Detail Tata Ruang merupakan pusat strategis komersial dan berdasarkan kondisi eksisting merupakan koridor dengan fungsi guna lahan yang beragam di dalamnya. Oleh karena itu, strategi perancangan yang dihasilkan menggabungkan kepentingan aktivitas komersial dengan peningkatan aksesibilitas kawasan. Arahan perancangan mengusung visi ”Urban Calm: Designing Streets for Wellbeing” sebagai dasar rancangan koridor Jalan Soekarno Hatta dengan menciptakan ruang koridor yang terhubung, inklusif, aman, nyaman dan berkelanjutan yang memberikan efek pemulihan psikologis penggunanya. Intervensi desain yang dirumuskan dari urban design framework yang terbagi atas empat konsep mikro didalamnya. Konsep mikro tersebut akan menjawab rumusan strategi desain serta visualisasi berdasarkan arahan visi dan misi yang mencakup konsep sensoris, atraktif, inklusif dan berkarakter. Setiap konsep mikro yang digambarkan merupakan inovasi dalam penerapan di seluruh segmentasi koridor. Secara keseluruhan, hasil perancangan dan materi yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi salah satu kontribusi dalam dokumen perencanaan dan perancangan kawasan juga menjadi preseden untuk diterapkan pada konteks spasial lainnya.
Perpustakaan Digital ITB