Sekitar 12% penduduk Indonesia memanfaatkan mata air untuk pemenuhan air bersih. Kawasan Bandung Utara merupakan wilayah yang tersusun oleh endapan vulkanik dengan banyak mata air yang sangat vital bagi masyarakat. Namun adanya pertumbuhan penduduk dan lokasi mata air di daerah perkotaan, berpotensi mengganggu keberlanjutan produksi mata air. Penurunan debit mata air di Kota Bandung sudah dirasakan oleh masyarakat di sekitar mata air. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu upaya mempertahankan keberlanjutan mata air melalui upaya konservasi. Namun sebagai dasar konservasi, perlu pemahaman tentang hidrogeologi mata air secara detil untuk menentukan teknologi konservasi mata air dengan imbuhan buatan yang terarah menuju mata air. Total di daerah penelitian terdapat lebih dari 80 mata air, namun untuk analisis detil penelitian ini difokuskan pada enam mata air yang memiliki debit paling besar. Daerah penelitian tersusun oleh batuan endapan vulkanik yang termasuk dalam Formasi Cibeureum dan Cikapundung. Endapan vulkanik ini memiliki karakteristik yang khas, namun tidak seluruh wilayah mengalir mata air atau mata air mengalir pada posisi tertentu.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisis hidrogeologi mata air untuk mempertahankan keberlanjutan produksi mata air endapan vulkanik di Kawasan Bandung Utara. Hipotesis penelitian ini adalah adanya keberadaan reservoir mata air di daerah endapan vulkanik dan analisis hidrogeologi mata air dapat membantu dalam menentukan metode konservasi mata air dengan imbuhan buatan yang terarah menuju mata air. Metode yang digunakan adalah dengan menganalisis kondisi bawah permukaan dengan pengukuran geolistrik yang didukung dengan pemetaan geologi dan data bor. Selanjutnya analisis hidrokimia mata air digunakan untuk mengetahui fasies air hasil interaksi dengan batuan. Daerah imbuhan mata air dan sistem aliran dianalisis dengan melakukan uji isotop ?2H, ?18O, dan ?13C yang didukung dengan analisis neraca air. Selanjutnya aliran airtanah dimodelkan menggunakan software Modpath. Penentuan teknologi konservasi mata air dilakukan dengan metode GIS dengan overlay berbagai parameter hidrogeologi. Selanjutnya hasil overlay dikorelasikan dengan batas daerah imbuhan dan aliran airtanah hasil pemodelan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipologi akuifer akuiklud mata air endapan vulkanik dengan breksi vulkanik lapuk yang tidak terkonsolidasi baik, dapat mengalirkan dan menyimpan air melalui ruang pori yang berfungsi sebagai reservoir mata air. Sementara mata air pada Formasi Cikapundung merupakan akuifer rekahan pada batuan lahar dan lava. Tipe akuifer tempat keluarnya mata air adalah akuifer bebas dengan tipe mata air depresi dan rekahan. Fasies mata air adalah Ca2+-Mg2+-HCO3- yang merupakan hasil interaksi antara air hujan dengan batuan breksi vulkanik dan fasies Ca2+-Mg2+-Cl- yang dipengaruhi oleh aktivitas antropogenik maupun air permukaan.
Daerah imbuhan Mata air Komplek Cibadak terletak di sebelah utara dari Sesar Lembang pada elevasi tertinggi 1398 mdpl. Mata air Pasir Impun pada Formasi Cikapundung, daerah imbuhan terletak di bagian Selatan dari Sesar Lembang pada elevasi 1362 mdpl. Mata air di kaki Gunung Manglayang memiliki daerah imbuhan mata air pada lereng Gunung Manglayang dengan elevasi 1367 mdpl. Imbuhan air menunjukkan adanya percampuran antara airhujan dengan air permukaan. Hal ini juga sesuai dengan hasil perhitungan neraca air. Sistem aliran airtanah yang menuju mata air bersifat lokal-intermediet. Teknologi konservasi mata air pada kesesuaian rendah dapat dilakukan dengan pembuatan sumur imbuhan, sedangkan untuk kesesuaian sedang dengan pembuatan bendung atau dam di sungai dan peresapan air melalui saluran irigasi. Kesesuaian tinggi menggunakan metode spreading dengan pembuatan embung atau kolam resapan. Metode penentuan teknologi konservasi mata air dapat ditentukan dengan mengkorelasikan sistem hidrogeologi yang meliputi tipologi akuifer akuiklud, daerah imbuhan mata air, model sistem aliran mata air dan peta kesesuaian lokasi imbuhan buatan untuk airtanah.
Perpustakaan Digital ITB