2018 TA PP Edgar Valentinus Pakpahan 1-Cover.pdf
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
2018 TA PP Edgar Valentinus Pakpahan 1-Bab 1.pdf
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
2018 TA PP Edgar Valentinus Pakpahan 1-Bab 2.pdf
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
2018 TA PP Edgar Valentinus Pakpahan 1-Bab 3.pdf
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
2018 TA PP Edgar Valentinus Pakpahan 1-Bab 4.pdf
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
2018 TA PP Edgar Valentinus Pakpahan 1- Pustaka.pdf
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
2018 TA PP Edgar Valentinus Pakpahan 1-Lampiran.pdf
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Yuliani Astuti
» Gedung UPT Perpustakaan
Wilayah Indonesia banyak yang mengalami fenomena penurunan muka tanah yang
umumnya terjadi di kota-kota besar. Penurunan muka tanah (land subsidence)
merupakan suatu proses gerakan penurunan muka tanah terhadap suatu datum tertentu
(kerangka referensi geodesi) dimana terdapat berbagai macam variabel penyebabnya
(Marfai, 2006).
Penurunan muka tanah memiliki karakteristik yang bervariasi, secara spasial maupun
temporal, yang diakibatkan oleh faktor penyebab yang berbeda. Penyebab utama dari
terjadinya fenomena penurunan muka tanah adalah pemanfaatan lahan yang
menyebabkan pemadatan sistem akuifer akibat pengambilan air tanah, beban yang
berlebih, dekomposisi dan pengeringan dari tanah organik, pertambangan bawah
tanah, ekstraksi minyak dan gas bumi, ekstraksi lumpur, patahan kerak bumi,
hidrokompaksi, pemadatan alamiah (natural compaction), pergeseran lempeng
tektonik, serta pencairan permafrost. Indikasi adanya penurunan muka tanah
diantaranya terjadinya banjir rob, kerusakan infrastruktur, maupun intrusi air laut.
Potensi penurunan muka tanah diperoleh dengan melakukan analisis spasial tumpang
susun (overlay) dan grid network dari enam jenis pemanfaatan lahan yang diduga
berkorelasi sebagai penyebab penurunan muka tanah. Enam jenis pemanfaatan lahan
yang di maksud adalah daerah sedimen, lahan gambut, pertambangan, konsesi migas,
panas bumi (geothermal), dan pemukiman.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat 26,05% wilayah di Indonesia yang
didalamnya ada 1 faktor penyebab penurunan muka tanah, 20,71% wilayah di
Indoensia yang didalamnya memiliki 2 faktor penyebab penurunan muka tanah. Dan
sebanyak 5,23% wilayah di Indonesia rawan mengalami penurunan muka tanah
karena terdapat 3 faktor didalamnya. Untuk daerah yang didalamnya terdapat 4 faktor
dan atau lebih ada sebanyak 0,49%.