Harga minyak dunia yang fluktuatif turut mengakibatkan kenaikan pada harga
minyak Brent dan minyak WTI (West Texas Intermediate) yang dikhawatirkan
dapat berdampak pada bunkering cost dan total cost kapal. Berdasarkan komparasi
beberapa penelitian terdahulu diketahui bahwa dalam pemecahan masalah
perencanaan bunkering yang efisien masih memerlukan pengembangan metode
optimasi secara bersamaan antara rute pelayaran dan ketersediaan bahan bakar.
Dalam penelitian ini, penulis bermaksud membuat model optimasi bunker planning
yang efisien dari segi biaya serta mendapatkan strategi perencanaan pengisian
bahan bakar yang optimum. Penulis mengangkat permasalahan dari armada kapal
tanker milik salah satu perusahaan pelayaran nasional dengan lingkup operasi di
perairan Asia Tenggara yang terdampak ancaman fluktuasi harga bahan bakar yang
dapat memicu masalah perbedaan harga bahan bakar LSFO maupun LSMGO,
ketersediaan bahan bakar (safety stock) dan rute pelayaran yang dilalui oleh kapal
tanker. Secara matematis, permasalahan tersebut dapat dimodelkan menggunakan
optimasi Mixed-Integer Programming (MIP) khususnya Mixed-Integer Linear
Programming (MILP) dengan fungsi obyektif meminimumkan total cost atau total
biaya pelayaran. Optimasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa variabel penentu
seperti harga bahan bakar, tarif pelabuhan dan hinterland proximity atau jarak
pelayaran antar Pelabuhan yang terbagi ke dalam 4 (empat) skenario alternatif
pembentukan rute. Berdasarkan model matematis yang dikembangkan, diketahui
bahwa berdasarkan analisis perbandingan rute, hanya terdapat 3 (tiga) rute hasil
optimasi yang sesuai dengan rute eksisting yang dimiliki perusahaan X yakni
Bontang – Tarjun, Jakarta – Semarang dan Singapore – Port Klang. Berdasarkan
analisis sensitivitas terhadap total biaya diketahui bahwa biaya bahan bakar LSFO
(LSFO Cost) memberikan dampak terbesar terhadap total cost sebesar 30%
kenaikan biaya. Berdasarkan analisis terhadap kebijakan pemerintah, dalam
penelitian ini penulis merekomendasikan beberapa hal seperti melakukan
peninjauan kebijakan pajak dan subsidi agar harga LSFO/LSMGO lebih kompetitif
di Indonesia, meningkatkan infrastruktur bunkering dalam negeri untuk
mengurangi ketergantungan pada bunker port luar negeri, mengevaluasi tarif
pelabuhan agar lebih kompetitif dan memberikan insentif bagi kapal tanker yang
memilih bunkering di dalam negeri, seperti diskon tarif atau pembebasan pajak
tertentu.
Perpustakaan Digital ITB