digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Harga minyak dunia yang fluktuatif turut mengakibatkan kenaikan pada harga minyak Brent dan minyak WTI (West Texas Intermediate) yang dikhawatirkan dapat berdampak pada bunkering cost dan total cost kapal. Berdasarkan komparasi beberapa penelitian terdahulu diketahui bahwa dalam pemecahan masalah perencanaan bunkering yang efisien masih memerlukan pengembangan metode optimasi secara bersamaan antara rute pelayaran dan ketersediaan bahan bakar. Dalam penelitian ini, penulis bermaksud membuat model optimasi bunker planning yang efisien dari segi biaya serta mendapatkan strategi perencanaan pengisian bahan bakar yang optimum. Penulis mengangkat permasalahan dari armada kapal tanker milik salah satu perusahaan pelayaran nasional dengan lingkup operasi di perairan Asia Tenggara yang terdampak ancaman fluktuasi harga bahan bakar yang dapat memicu masalah perbedaan harga bahan bakar LSFO maupun LSMGO, ketersediaan bahan bakar (safety stock) dan rute pelayaran yang dilalui oleh kapal tanker. Secara matematis, permasalahan tersebut dapat dimodelkan menggunakan optimasi Mixed-Integer Programming (MIP) khususnya Mixed-Integer Linear Programming (MILP) dengan fungsi obyektif meminimumkan total cost atau total biaya pelayaran. Optimasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa variabel penentu seperti harga bahan bakar, tarif pelabuhan dan hinterland proximity atau jarak pelayaran antar Pelabuhan yang terbagi ke dalam 4 (empat) skenario alternatif pembentukan rute. Berdasarkan model matematis yang dikembangkan, diketahui bahwa berdasarkan analisis perbandingan rute, hanya terdapat 3 (tiga) rute hasil optimasi yang sesuai dengan rute eksisting yang dimiliki perusahaan X yakni Bontang – Tarjun, Jakarta – Semarang dan Singapore – Port Klang. Berdasarkan analisis sensitivitas terhadap total biaya diketahui bahwa biaya bahan bakar LSFO (LSFO Cost) memberikan dampak terbesar terhadap total cost sebesar 30% kenaikan biaya. Berdasarkan analisis terhadap kebijakan pemerintah, dalam penelitian ini penulis merekomendasikan beberapa hal seperti melakukan peninjauan kebijakan pajak dan subsidi agar harga LSFO/LSMGO lebih kompetitif di Indonesia, meningkatkan infrastruktur bunkering dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada bunker port luar negeri, mengevaluasi tarif pelabuhan agar lebih kompetitif dan memberikan insentif bagi kapal tanker yang memilih bunkering di dalam negeri, seperti diskon tarif atau pembebasan pajak tertentu.