






Salahsatu paduan aluminium yang banyak digunakan pada pesawat terbang adalah
paduan Al 2024 T3. Paduan aluminium ini mempunyai unsur pemadu utama
tembaga dengan kandungan sekitar 3-6% yang berfungsi memperbaiki sifat
mekanik paduan. Paduan ini mempunyai kekurangan pada ketahanan korosi,
khususnya ketahanan terhadap korosi setempat terutama korosi sumuran (pitting
corrosion). Untuk meningkatkan ketahanan korosi paduan ini, umumnya dilakukan
proses anodisasi. Proses anodisasi paduan aluminium dalam larutan asam tartaratsulfat
merupakan salahsatu perkembangan proses anodisasi untuk mendapatkan
proses yang lebih ramah lingkungan dan menghasilkan lapisan anodize dengan
kualitas dan ketahanan korosi yang baik. Pada penelitian ini dipelajari pengaruh
variabel proses anodisasi paduan Al 2024 T3 yang diperoleh dari PT. Dirgantara
Indonesia dalam larutan asam tartarat-sulfat terhadap ketebalan, berat dan
ketahanan korosi lapisan anodize.
Serangkaian percobaan anodisasi dilakukan dengan variasi tegangan (10 V, 15 V,
20 V), suhu (20, 30, 40oC), dan waktu anodisasi (20, 40, 60 menit). Sebelum
dilakukan proses anodisasi, terlebih dahulu dilakukan preparasi permukaan
(surface preparation) benda kerja yang terdiri dari penghalusan permukaan dengan
kertas abrasif dari grid 1000 sampai 2000 diikuti pembilasan dalam ultrasonic
cleaner menggunakan alkohol 95% selama 3 menit dan alkaline cleaning
menggunakan larutan TURCO 4215 NCLT serta proses deoxidizing menggunakan
larutan ARDROX 295 GD. Setelah benda kerja selesai dianodisasi, dilakukan
sealing dengan cara mencelupkan benda kerja yang telah dianodisasi dalam larutan
alodin pada suhu kamar selama 1 menit.
Ketebalan lapisan anodize diukur pada tiga titik yang berbeda lalu dihitung
ketebalan rata-rata-nya. Pengujian ketahanan korosi lapisan anodize dilakukan
dengan uji sembur garam selama 336 jam dan pengukuran kurva polarisasi
menggunakan potensiostat. Pengujian sembur garam bertujuan untuk
mengevaluasi ketahanan lapisan anodize terhadap korosi sumuran (pitting
corrosion) dan menentukan kerapatan pit (jumlah pit per satuan luas), sementara
pengukuran kurva polarisasi dengan potensiostat dilakukan untuk memperoleh
data-data parameter korosi yang meliputi potensial korosi (Ekor), rapat arus korosi
(ikor), dan potensial pitting (Epit). Morphologi lapisan anodize dan kandungan
unsur-unsur dalam lapisan dianalisis dengan Scanning Electron Microscope (SEM)
dan Energy Dispersive X-Ray (EDX). Untuk mengevaluasi signifikansi pengaruh
variabel tegangan (A), suhu (B) dan waktu (C) serta interaksi antar variabel
terhadap berat dan ketebalan lapisan anodize dilakukan analysis of variance
(ANOVA) 3 faktor.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa tegangan, suhu dan waktu proses anodisasi
berpengaruh terhadap ketebalan, berat dan ketahanan korosi lapisan anodize dari
proses anodisasi paduan Al 2024 T3 dalam larutan asam tartarat-sulfat.
Berdasarkan hasil perhitungan ANOVA 3 faktor, urutan variabel yang paling
berpengaruh terhadap ketebalan dan berat lapisan anodize yaitu suhu (B), tegangan
(A), waktu (C), interaksi tegangan-suhu (AB), interaksi suhu-waktu (BC), interaksi
tegangan-suhu-waktu (ABC) dan interaksi tegangan-waktu (AC). Faktor yang
paling berpengaruh terhadap kerapatan pitting adalah suhu (A), diikuti interaksi
suhu-tegangan (AB), tegangan (B), interaksi suhu-waktu (BC), waktu (C),
interaksi tegangan-suhu-waktu (ABC) dan interaksi tegangan-waktu (AC).
Kerapatan pit, rapat arus korosi (ikor), potensial korosi (Ekor) dan potensial pitting
(Epit) bergantung pada ketebalan lapisan anodize. Lapisan anodize dengan
ketebalan di atas 3 ?m tidak terbentuk pitting setelah dilakukan uji sembur garam
selama 336 jam. Persamaan regresi hubungan kerapatan pit (y) dan ketebalan
lapisan anodize (x) adalah y = 0.0023x2 - 0.0381x + 0.1341. Proses anodisasi
dalam larutan asam tartarat-sulfat (TSAA) pada paduan Al 2024 T3 menghasilkan
lapisan anodize yang memenuhi standard spesifikasi MIL-A-8625 F yaitu jumlah
pit kurang dari 15 pit per 9 dm2 atau 5 pit per 2 dm2 setelah dilakukan uji sembur
garam selama 336 jam. Oleh karena itu, metode ini dapat dijadikan sebagai
alternatif dari proses chromic acid anodizing (CAA) karena lebih ramah
lingkungan, menggunakan suhu yang lebih rendah dan menghasilkan lapisan yang
tahan terhadap korosi sumuran.