Deteriorasi pada komponen struktur beton bertulang jembatan bisa terjadi akibat
berbagai macam penyebab, diantaranya adalah akibat korosi baja tulangan dan
paparan suhu tinggi akibat kebakaran. Berdasarkan penelitian terbaru, baik
deteriorasi akibat korosi baja tulangan maupun paparan suhu tinggi dapat
mengurangi kuat lekatan (Bond Strength) antara baja tulangan dengan beton. Hal
ini menyebabkan penurunan kapasitas lentur dari penampang komponen beton
bertulang struktur jembatan akibat kuat lekatan beton yang tidak mampu
menyalurkan seluruh gaya ke tulangan. Sehingga kegagalan pada penampang beton
bertulang bukan lagi karena kelelehan baja tulangan tarik tetapi karena kegagalan
pengangkuran baja tulangan oleh beton.
Pada penelitian ini, evaluasi kapasitas lentur struktur beton bertulang jembatan akan
memperhitungkan pengaruh degradasi bond strength antara baja tulangan dan beton
akibat korosi baja tulangan dan paparan suhu tinggi kebakaran. Dimana hasil
analisis menunjukan jumlah elemen struktur beton bertulang jembatan yang
mengalami kegagalan meningkat akibat adanya pengaruh degradasi bond strength.
Jembatan yang menjadi objek penelitian ini adalah jembatan imajiner yang
diasumsikan selesai dibangun pada tahun 1984. Setelah 40 tahun operasional,
tingkat kerusakan yang telah terjadi akibat korosi baja tulangannya diasumsikan
cukup signifikan dimana laju korosi (icorr) dimodelkan pada tingkat sedang sebesar
1 ?A/cm2 yang menurunkan bond strength sebesar 26% menjadi 4,05 Mpa dari
batas bond strength normal sebesar 5,48 MPa menurut CEB FIP-1990. Kerusakan
ini diperparah dengan terjadinya kebakaran dimana skenario komponen struktur
jembatan yang terpapar suhu tinggi adalah kolom pilar dan kepala pilar. Akibat
kebakaran, kuat tarik beton turun drastis dan mengakibatkan bond strength juga
menurun sebesar 53% menjadi 2,58 MPa.
Terdapat 2 pemodelan struktur jembatan, yaitu segmen P36-P46 yang terpapar suhu
rendah, dan segmen PA-P10 yang terpapar suhu tinggi akibat kebakaran. Dari hasil
analisis linear statik dan analisis dinamik metode spektra multimoda berdasarkan
kombinasi pembebanan SNI 1725:2016, menunjukan bahwa kegagalan terjadi pada
nilai DCR lebih besar dari 1, yaitu 1) Kegagalan lentur pada elemen gelagar bagian tumpuan dan bagian lapangan, 2) Kegagalan aksial-momen pada elemen kolom
pilar baik segmen P36-P46 terpapar suhu rendah maupun segmen PA-P10 yang
terpapar suhu tinggi, 3) Kegagalan geser pada elemen kolom pilar segmen P36-P46
yang terpapar suhu rendah maupun segmen PA-P10 yang terpapar suhu tinggi, dan
4) Kegagalan aksial-momen pada elemen kepala pilar segmen PA-P10 bagian
tumpuan dan lapangan yang terpapar suhu tinggi kebakaran.
Selain itu, dari hasil pemeriksaan detailing penulangan pada jembatan eksisting
berdasarkan as built drawing memperlihatkan bahwa terdapat defisiensi pada
detailing tulangan yaitu spasi tulangan confinement pada zona sendi plastis tidak
memenuhi persyaratan perencanaan jembatan terhadap beban gempa.
Pada penelitian ini, perkuatan untuk elemen yang mengalami defisiensi hanya
direncanakan untuk segmen yang paling kritis. Untuk memperbaiki defisiensi
kapasitas lentur pada elemen gelagar, direncanakan perkuatan menggunakan Near
Surface Mounted (NSM) CFRP Rod yang dipasang memanjang elemen gelagar
sebanyak 10 batang pada sisi atas untuk bagian tumpuan dan 10 batang pada sisi
bawah untuk bagian lapangan. Dari hasil perhitungan, perkuatan CFRP Rod pada
elemen gelagar bagian lapangan dapat mereduksi DCR sebesar 44%. Sedangkan
untuk elemen gelagar bagian tumpuan dengan perkuatan 10 batang CFRP Rod di
sisi atas berhasil menurunkan DCR sebesar 74%.
Pada elemen kolom pilar, direncanakan perkuatan aksial-momen untuk segmen
PA-P10 yang terpapar suhu tinggi kebakaran dalam 2 metoda perkuatan, yaitu
concrete jacketing setebal 125 mm dengan 20 baja tulangan D19 dan perkuatan
lentur dengan kombinasi 12 CFRP Rod longitudinal dan 2 lapis CFRP Wrap. Hasil
komparasi menunjukan bahwa untuk reduksi DCR lentur sebesar 59% dan reduksi
DCR Geser sebesar 95% biaya metode perkuatan dengan CFRP 40% lebih mahal
sehingga perkuatan yang lebih efektif adalah concrete jacketing.
Perkuatan aksial-lentur juga direncanakan pada kepala pilar lapangan segmen PAP10
yang terpapar suhu tinggi kebakaran. CFRP Rod sebanyak 10 batang dipasang
arah memanjang elemen kepala pilar pada bagian lapangan. Hasilnya menunjukan
perkuatan CFRP Rod pada elemen kepala pilar mereduksi DCR sebesar 54%.
Dari analisis yang sudah dilakukan dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan
bahwa efek dari bond strength baja tulangan yang menurun sangat berpengaruh
dalam perhitungan kapasitas dan keamanan struktur beton. Kemudian,
direkomendasi juga metode perkuatan yang efektif secara ekonomis guna
mengembalikan fungsi jembatan seperti awal.
Perpustakaan Digital ITB