Abstrak - Muhammad Farhan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER Muhammad Farhan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Muhammad Farhan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Muhammad Farhan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Muhammad Farhan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Muhammad Farhan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Muhammad Farhan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
DAFTAR PUSTAKA Muhammad Farhan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Korosi merupakan salah satu permasalahan serius di berbagai sektor industri, terutama industri minyak dan gas, karena dapat menyebabkan kebocoran pipa, penurunan efisiensi operasi, hingga kerugian ekonomi yang signifikan akibat perbaikan maupun penghentian produksi. Material pipa yang umum digunakan adalah baja API 5L, yang meskipun memiliki sifat mekanik yang baik, tetap rentan terhadap serangan korosi, khususnya pada lingkungan yang mengandung CO2 (sweet corrosion). Salah satu metode mitigasi yang banayk diterapkan adalah penambahan inhibitor korosi. Namun, inhibitor konvensional umumnya berbasis senyawa kimia sintetis yang beracun dan tidak ramah lingkungan, sehingga pengembangan Green Corrosion Inhibitor (GCI) berbasis bahan alam menjadi solusi potensial yang lebih berkelanjutan.
Dalam penelitian ini digunakan ekstrak daun kratom (Mitragyna speciosa) yang diketahui mengandung senyawa fitokimia berpotensi sebagai inhibitor korosi. Ekstrak diperoleh melalui metode soxhlet, kemudian diuji terhadap korosi CO2 dalam larutan NaCl 3,5% menggunakan metode elektrokimia dan gravimetri (imersi). Variasi konsentrasi inhibitor yang digunakan adalah 0, 100, 200, dan 300 ppm. Pengujian elektrokimia dilakukan pada temperatur 23°C dan 60°C, sedangkan pengujian imersi dilakukan pada temperatur 60°C selama 24 jam. Karakterisasi ekstrak daun kratom dilakukan menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), sedangkan uji elektrokimia meliputi Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dan ekstrapolasi Tafel. Karakterisasi produk korosi hasil pengujian imersi dilakukan menggunakan Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS) dan X-Ray Diffraction (XRD).
Hasil karakterisasi FTIR mengonfirmasi keberadaan berbagai gugus fungsi aktif pada ekstrak daun kratom yang berperan dalam proses inhibisi. Konsentrasi optimum diperoleh pada 200 ppm dengan efektivitas proteksi paling signifikan. Pada temperatur kamar, laju korosi menurun dari 0,75 menjadi 0,07 mmpy dengan efisiensi inhibisi mencapai 90%. Sementara itu, pada temperatur 60°C, laju korosi
berkurang dari 2,79 menjadi 1,98 mmpy dengan efisiensi inhibisi sebesar 29%. Analisis isoterm adsorpsi Langmuir menunjukkan bahwa mekanisme inhibisi berlangsung melalui kombinasi adsorpsi fisik dan kimia, dengan nilai energi bebas adsorpsi (?G°ads) sebesar -31,6 kJ/mol yang menandakan interaksi kuat antara molekul inhibitor dan permukaan baja API 5L X52. Hasil karakterisasi produk korosi menggunakan SEM-EDS dan XRD menunjukkan terbentuknya lapisan FeCO3, lepidokrosit, dan goetit, yang menegaskan peran inhibitor dalam memodifikasi morfologi dan komposisi produk korosi.
Perpustakaan Digital ITB