PT. Borneo Indobara (PT. BIB) merupakan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) no No. 007/PK/ PTBA-31/1994 dari pemerintah Republik Indonesia (RI) sejak tanggal 15 Agustus 1994 Perizinan ini termasuk ke dalam Generasi II dengan luas area (hingga saat ini) 24.100 ha yang berada di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Pit Pasopati Selatan adalah salah satu pit / tambang block Pasopati yang berada di lokasi paling utara PKP2B PT. Borneo Indobara. Dengan adanya rencana peningkatan produksi batubara dalam tahun mendatang, PT. Borneo Indobara berencana akan memulai penambangan pit Pasopati Selatan pada tahun 2026. Batubara di Pit Pasopati Selatan memiliki nilai kalori rata-rata sebesar 6200 kcal/kg dan memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan produk batubara pit lainnya yang berada di konsesi tambang PT. Borneo Indobara.
Pit Pasopati Selatan merupakan proyek tambang yang baru dan belum dibuka. Investasi yang diperlukan untuk membuka suatu proyek tambang tentu saja memerlukan jumlah dana yang besar. Dengan kondisi lokasi pit yang sangat jauh dan belum terhubung dengan operasional tambang aktif, akan memerlukan biaya pembangunan infrastruktur yang tinggi. Dalam hal ini diperlukan analisa dan penilaian ekonomi proyek untuk memperkirakan kemungkinan tingkat keuntungan dari suatu proyek investasi.
Selain meningkatnya biaya penambangan, dalam industri pertambangan juga menghadapi kondisi ketidakpastian yang tinggi baik dari sisi teknis maupun non teknis. Pada operasional penambangannya, PT. Borneo Indobara menggunakan metode tambang terbuka yaitu open pit sehingga akan dibutuhkan area bukaan lahan yang luas seiring dengan rencana peningkatan target produksi. Pit Pasopati Selatan berada di area kawasan hutan produksi sehingga izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (PPKH) diperlukan sebelum memulai aktivitas penambangan di area tersebut. Luas izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang dimiliki PT. Borneo Indobara pada pit Pasopati Selatan saat ini sangat terbatas khsuusnya untuk lokasi penimbunan. Dalam hal ini PT. Borneo Indobara menghadapi kondisi ketidakpastian untuk mendapat tambahan izin PPKH pada area yang diperlukan karena sangat bergantung kepada kuota nasional yang tersedia.
Untuk mengatasi hal ini, metode yang digunakan adalah menyusun tujuh alternatif perencanaan tambang yang berdasarkan pengelompokkan 3 (tiga) lokasi penempatan material timbunan yaitu di area Pasopati Utara (PSU) dan Pasopati Selatan (PSS), area Kusan Girimulya Barat (KGW) dan Pasopati Selatan (PSS), dan Pasopati Selatan (PSS) saja. Kemudian pada setiap alternatif rencana penambanngan akan dilakukan perhitungan dan analisa ekonomi yang menggunakan metode Net Present Value – Discounted Cash Flow yang dilengkapi dengan analisa pohon keputusan. Analisa ekonomi juga dilengkapi dengan analisa sensitivitas menggunakan tornado chart untuk memeriksa seberapa kokoh pilihan alternatif terhadap perubahan harga dimasa depan.
Dari analisa pohon keputusan menunjukkan bahwa penimbunan di area Pasopati Selatan (PSS) saja pada alternatif 6 menghasilkan nilai expected value yang paling menguntungkan bagi perusahaan yaitu sebesar $30,675k daripada penimbunan di area Pasopati Utara (PSU) yang memiliki expected value sebesar $ 25,718k dan di area Kusan Girimulya Barat (KGW) yang hanya memiliki profit sebesar $ 12,412k.
Perpustakaan Digital ITB