
Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER - Muhammad Wildan Muzaki
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB I - Muhammad Wildan Muzaki
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB II - Muhammad Wildan Muzaki
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB III - Muhammad Wildan Muzaki
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB IV -Muhammad Wildan Muzaki
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB V - Muhammad Wildan Muzaki
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB VI - Muhammad Wildan Muzaki
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA - Muhammad Wildan Muzaki
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN - Muhammad Wildan Muzaki
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
PT Dirgantara Indonesia atau yang dikenal juga dengan PTDI merupakan salah satu industri
pesawat terbang yang ada di Asia dan satu satunya yang ada di Indonesia yang berlokasi di
Jalan Pajajaran nomor 154, Andir, Kota Bandung, Jawa Barat 40174. PTDI saat ini
memproduksi berbagai macam komponen pesawat terbang, salah satu pesawat yang
komponennya masih diproduksi adalah pesawat Airbus A350. Pesawat ini memiliki berbagai
macam komponen dengan berbagai macam ukuran dan fungsi. Berdasarkan data historis
produksi komponen pesawat Airbus A350 masih banyak yang mengalami defect, salah satu
komponen tersebut adalah Skin D-Nose dengan tingkat cacat sebesar 2,64% dari tahun 2021-
2024. Hal tersebut merupakan suatu gap bagi perusahaan karena perusahaan menetapkan
tingkat cacat maksimal sebesar 1%. Oleh karena itu, untuk mengurangi jumlah cacat yang
ada, akan dilakukan penelitian berupa usulan perbaikan kualitas cacat komponen Skin D-
Nose pesawat Airbus A350 menggunakan metode six sigma yang pendekatannya berupa
DMAIC (define, measure, analyze, improve, dan control).
Penelitian dimulai dengan pembentukan tim perbaikan kualitas dan pendefinisian objek
kajian pada tahap define. Kemudian dilakukan pengukuran stabilitas dan kapabilitas proses
pada komponen Skin D-Nose hingga diperoleh nilai sigmanya sebesar 2,7 pada tahap
measure. Kemudian pada tahap analyze dilakukan wawancara menggunakan metode delphi
kepada para ahli untuk menemukan faktor dan subfaktor penyebab cacat, selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas yang nantinya akan dicari perbaikannya dengan menggunakan
FMEA dan RPN. Hasil FMEA dan RPN tersebut akan menjadi input pada tahap improve
untuk merancang perbaikan dengan menggunakan metode 5W+1H hingga akhirnya
diperoleh 3 improvement berupa material fixture, checklist inspection, dan material handling
tool modifikasi. Tahap terakhir adalah control berupa pembuatan standard operational
procedure (SOP) untuk menunjang keberlanjutan dari perbaikan yang telah dibuat. Solusi
perbaikan kualitas diestimasi akan meningkatkan nilai sigma hingga pada level 3 sigma.