
COVER Anggita Tri Ayuningtyas
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza Ringkasan 
BAB 1 Anggita Tri Ayuningtyas
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza Ringkasan 
BAB 2 Anggita Tri Ayuningtyas
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza Ringkasan 
BAB 3 Anggita Tri Ayuningtyas
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza Ringkasan 
BAB 4 Anggita Tri Ayuningtyas
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza Ringkasan 
BAB 5 Anggita Tri Ayuningtyas
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza Ringkasan 
PUSTAKA Anggita Tri Ayuningtyas
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza Ringkasan
Indonesia tengah berjuang untuk beralih dari penambangan batu bara dan beralih ke energi terbarukan. Transisi ke energi terbarukan telah menjadi tujuan PT Perusahaan Listrik Negara untuk mencapai Indonesia yang mengurangi emisi karbon dan memastikan pembangkitan listrik yang berkelanjutan. Namun, PLN menghadapi kesulitan dalam pendanaan keuangan untuk energi terbarukan, terutama pada tenaga air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan pembiayaan proyek sebagai alat untuk membantu proyek mengoptimalkan profitabilitas, mengurangi risiko, dan menarik investor.
Menggunakan kasus pembangkit listrik tenaga air yang ada dari PLN yang disebut pembangkit listrik tenaga air Rajamandala sebagai contoh untuk menilai kinerja keuangan selama studi kelayakan, penyelesaian, dan tahap operasi & pemeliharaan. Penelitian ini menghasilkan bahwa proyek Rajamandala menghadapi masalah profitabilitas karena kelebihan biaya, keterlambatan konstruksi, dan produksi listrik yang rendah. Selama tahap kelayakan, proyek menghasilkan hasil yang menjanjikan dari ekuitas IRR sebesar 12,25% dan proyek IRR sebesar 7,95%, hasil yang lebih besar daripada proyek WACC sebesar 7,52%. Hasil menurun pada tahap penyelesaian akibat keterlambatan konstruksi yang mengakibatkan proyek mengalami kelebihan biaya operasional dan mengakibatkan turunnya IRR ekuitas sebesar 7,82% dan IRR proyek sebesar 3,68% serta menyebabkan kinerja NPV menjadi negatif -39,6234 MUSD. Pada tahap O&M, model keuangan memasukkan pendapatan kredit karbon untuk mendukung kinerja proyek, yang mengakibatkan peningkatan IRR ekuitas sebesar 8,20% dan IRR proyek sebesar 4,21% serta peningkatan NPV -34,8530 MUSD. Namun proyek masih berjuang untuk melampaui biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Untuk menghindari kesulitan keuangan, penelitian ini merekomendasikan untuk membangun kembali struktur keuangan yang lebih fleksibel, melakukan analisis risiko, dan strategi penetapan harga yang adaptif. Dengan memasukkan rekomendasi ini, PLN pasti dapat meningkatkan keberlanjutan proyek dalam jangka panjang dan meningkatkan daya tarik bagi investor. Aspek-aspek kunci ini penting sebagai pendukung rencana aksi peningkatan proyek EBT di Indonesia, mengurangi emisi, membantu transisi menuju energi hijau, dan berfungsi sebagai panduan referensi untuk pembangkit listrik tenaga air di masa mendatang.