Latar belakang dan tujuan: Malaria merupakan penyakit mematikan yang tetap
menjadi tantangan global dengan tingginya kasus resistensi obat.
Ketidaksempurnaan dalam absorpsi dan distribusi obat antimalaria konvensional
sering kali memungkinkan parasit bertahan dalam tubuh, meningkatkan risiko
resistensi. Terapi berbasis senyawa herbal menawarkan solusi potensial yang
didukung oleh pendekatan in silico untuk mengevaluasi profil absorpsi, distribusi,
metabolisme, ekskresi, dan toksisitas (ADMET) dari senyawa sintetis dan herbal.
Penelitian ini bertujuan membandingkan profil ADMET antara senyawa sintetis
dan senyawa aktif herbal sebagai antimalaria menggunakan perangkat lunak
pKCSM. Metode: Sebanyak 52 senyawa yang terdiri dari 26 senyawa sintetis dan
26 senyawa aktif herbal diuji, dengan struktur senyawa divalidasi menggunakan
OpenBabel sebelum dilakukan prediksi ADMET. Hasil: Analisis dilakukan pada
senyawa herbal, seperti kurkumin, kaempferol, dan piperin, dibandingkan dengan
senyawa sintetis seperti artemisinin dan derivatnya. Senyawa herbal memiliki
kompleksitas struktur unik dengan bioaktivitas tinggi, meskipun tantangan seperti
kelarutan rendah masih ditemukan. Senyawa sintetis lebih unggul dalam stabilitas
dan bioavailabilitas. Simulasi in silico mampu mengidentifikasi karakteristik
struktural yang meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko resistensi
serta toksisitas. Kesimpulan: Senyawa herbal memiliki potensi besar sebagai
alternatif terapi antimalaria yang aman dan efektif. Pendekatan in silico terbukti
efisien dalam mengevaluasi parameter ADMET dan mendukung pengembangan
obat berbasis herbal untuk mengatasi resistensi terhadap obat sintesis. Penelitian
lanjutan diperlukan guna memvalidasi hasil melalui uji klinis dan mengeksplorasi
kombinasi terapi antara senyawa sintetis dan herbal demi meningkatkan efikasi
pengobatan malaria resistensi terhadap obat sintesis.