digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Latar belakang dan tujuan: Malaria merupakan penyakit mematikan yang tetap menjadi tantangan global dengan tingginya kasus resistensi obat. Ketidaksempurnaan dalam absorpsi dan distribusi obat antimalaria konvensional sering kali memungkinkan parasit bertahan dalam tubuh, meningkatkan risiko resistensi. Terapi berbasis senyawa herbal menawarkan solusi potensial yang didukung oleh pendekatan in silico untuk mengevaluasi profil absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi, dan toksisitas (ADMET) dari senyawa sintetis dan herbal. Penelitian ini bertujuan membandingkan profil ADMET antara senyawa sintetis dan senyawa aktif herbal sebagai antimalaria menggunakan perangkat lunak pKCSM. Metode: Sebanyak 52 senyawa yang terdiri dari 26 senyawa sintetis dan 26 senyawa aktif herbal diuji, dengan struktur senyawa divalidasi menggunakan OpenBabel sebelum dilakukan prediksi ADMET. Hasil: Analisis dilakukan pada senyawa herbal, seperti kurkumin, kaempferol, dan piperin, dibandingkan dengan senyawa sintetis seperti artemisinin dan derivatnya. Senyawa herbal memiliki kompleksitas struktur unik dengan bioaktivitas tinggi, meskipun tantangan seperti kelarutan rendah masih ditemukan. Senyawa sintetis lebih unggul dalam stabilitas dan bioavailabilitas. Simulasi in silico mampu mengidentifikasi karakteristik struktural yang meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko resistensi serta toksisitas. Kesimpulan: Senyawa herbal memiliki potensi besar sebagai alternatif terapi antimalaria yang aman dan efektif. Pendekatan in silico terbukti efisien dalam mengevaluasi parameter ADMET dan mendukung pengembangan obat berbasis herbal untuk mengatasi resistensi terhadap obat sintesis. Penelitian lanjutan diperlukan guna memvalidasi hasil melalui uji klinis dan mengeksplorasi kombinasi terapi antara senyawa sintetis dan herbal demi meningkatkan efikasi pengobatan malaria resistensi terhadap obat sintesis.