Penelitian ini berfokus pada pengembangan teknologi hidrotermal untuk memproduksi gelatin dan minyak ikan dari produk samping ikan air tawar Indonesia, yaitu ikan patin, lele, dan nila. Latar belakang penelitian ini adalah kebutuhan gelatin halal di Indonesia, di mana 50% gelatin impor bersumber dari bahan non-halal. Dengan pendekatan teknologi hidrotermal, penelitian ini bertujuan menciptakan produk gelatin berkualitas tinggi, ramah lingkungan, dan efisien, serta memanfaatkan limbah industri pengolahan ikan. Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap: (1) evaluasi awal metode hidrotermal untuk produksi gelatin dan minyak ikan, (2) optimasi parameter proses hidrotermal, (3) formulasi dan karakterisasi cangkang kapsul keras dari gelatin ikan patin, dan (4) Kajian ekonomi dan analisis Life Cycle Assessment (LCA). Metode hidrotermal menggunakan suhu 110°C selama 25 menit untuk menghidrolisis kolagen menjadi gelatin sekaligus mengekstrak minyak ikan, tanpa memerlukan bahan kimia berbahaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gelatin ikan patin menghasilkan rendemen sebesar 7.17 % dengan kekuatan gel sebesar 254,85 bloom, mendekati standar gelatin mamalia. Minyak ikan yang dihasilkan kaya akan asam lemak omega-3, omega-6, dan omega-9, memberikan nilai tambah pada produk sampingan ini. Pengembangan cangkang kapsul keras berbasis gelatin patin menghasilkan produk yang memenuhi standar farmasi, dengan waktu hancur kurang dari 15 menit dan sifat fisik yang stabil. Analisis LCA menunjukkan bahwa metode hidrotermal memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan metode konvensional, dengan pengurangan emisi gas rumah kaca dan limbah kimia. Dari segi ekonomi, teknologi ini meningkatkan nilai tambah limbah ikan dan mendukung konsep ekonomi sirkular. Kebaruan penelitian ini terletak pada penggunaan teknologi hidrotermal untuk produksi serentak gelatin dan minyak ikan, formulasi kapsul keras dari gelatin patin, serta pemanfaatan aliran bersama (co-stream) limbah ekstraksi sebagai bahan baku produk olahan kaya protein dan kalsium. Teknologi ini tidak hanya mendukung produksi gelatin halal di Indonesia tetapi juga memberikan solusi berkelanjutan terhadap pengelolaan limbah ikan. Hasil penelitian ini berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang teknologi pangan dan farmasi serta industri berbasis sumber daya lokal yang berkelanjutan.