digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Proyek pembangunan smelter ferronickel di PT Bumi Mineral Sulawesi (PT BMS) mengalami keterlambatan signifikan, dengan durasi proyek yang awalnya direncanakan 8 bulan menjadi 27 bulan. Penelitian ini mengevaluasi tingkat kematangan manajemen jadwal proyek dan manajemen sumber daya manusia (SDM) di PT BMS menggunakan kerangka Project Management Maturity Model (PMMM). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi celah dalam praktik yang ada, menentukan hambatan yang mengganggu efisiensi proyek, dan mengusulkan strategi untuk meningkatkan tingkat kematangan manajemen proyek untuk proyek-proyek mendatang. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran (mixed-methods) dengan mengombinasikan pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi terhadap manajemen jadwal proyek mencakup proses seperti perencanaan waktu, penentuan urutan aktivitas, estimasi durasi, dan pengendalian jadwal. Untuk manajemen SDM, penelitian ini fokus pada aspek perencanaan sumber daya, perekrutan tim, pengembangan tim, dan pengelolaan jalur karier. Data dikumpulkan melalui wawancara, tinjauan dokumen, dan survei berdasarkan prinsip PMMM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT BMS berada pada Tingkat 2 (Proses Terstruktur dan Standar) dalam PMMM untuk manajemen jadwal proyek dan manajemen SDM. Celah utama yang ditemukan meliputi inkonsistensi dalam penentuan urutan aktivitas dan pengendalian jadwal, kurangnya proses alokasi sumber daya yang terstandarisasi, serta tidak adanya program pengembangan karier yang terstruktur. Hambatan ini menyebabkan inefisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, keterlambatan jadwal, dan peningkatan biaya proyek. Namun, penelitian ini juga mengidentifikasi kekuatan dalam aspek definisi aktivitas (Tingkat 3) dan akuisisi tim (Tingkat 3), yang menunjukkan potensi untuk ditingkatkan. Untuk mengatasi tantangan ini, penelitian ini mengusulkan strategi strategis untuk meningkatkan tingkat kematangan manajemen proyek. Rekomendasi mencakup standarisasi proses manajemen waktu dan integrasi jadwal, penerapan alat canggih seperti Primavera untuk pemantauan jadwal secara real-time, dan formalisasi kerangka kerja SDM seperti Responsibility Assignment Matrices (RAMs) serta jalur karier yang terstruktur. Selain itu, program pelatihan pra-konstruksi bagi pekerja lokal ditekankan untuk menyelaraskan dengan komitmen CSR PT BMS dalam mempekerjakan 70% tenaga kerja lokal. Strategi yang diusulkan diintegrasikan ke dalam jadwal yang telah direvisi, yang berhasil mengurangi durasi proyek pembangunan smelter menjadi 16 bulan melalui optimalisasi manajemen jalur kritis, tumpang tindih aktivitas, dan perencanaan sumber daya yang lebih baik. Penelitian ini memberikan kontribusi akademis dengan penerapan praktis kerangka PMMM dalam menilai dan meningkatkan tingkat kematangan manajemen proyek di proyek konstruksi industri. Selain itu, penelitian ini menawarkan wawasan manajerial bagi PT BMS dan organisasi serupa untuk meningkatkan efisiensi proyek dan menyelaraskan tujuan operasional dengan pengembangan komunitas yang berkelanjutan.