Proyek pembangunan smelter ferronickel di PT Bumi Mineral Sulawesi (PT
BMS) mengalami keterlambatan signifikan, dengan durasi proyek yang awalnya
direncanakan 8 bulan menjadi 27 bulan. Penelitian ini mengevaluasi tingkat
kematangan manajemen jadwal proyek dan manajemen sumber daya manusia
(SDM) di PT BMS menggunakan kerangka Project Management Maturity Model
(PMMM). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi celah dalam praktik
yang ada, menentukan hambatan yang mengganggu efisiensi proyek, dan
mengusulkan strategi untuk meningkatkan tingkat kematangan manajemen proyek
untuk proyek-proyek mendatang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran (mixed-methods)
dengan mengombinasikan pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi
terhadap manajemen jadwal proyek mencakup proses seperti perencanaan waktu,
penentuan urutan aktivitas, estimasi durasi, dan pengendalian jadwal. Untuk
manajemen SDM, penelitian ini fokus pada aspek perencanaan sumber daya,
perekrutan tim, pengembangan tim, dan pengelolaan jalur karier. Data
dikumpulkan melalui wawancara, tinjauan dokumen, dan survei berdasarkan
prinsip PMMM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT BMS berada pada Tingkat 2
(Proses Terstruktur dan Standar) dalam PMMM untuk manajemen jadwal proyek
dan manajemen SDM. Celah utama yang ditemukan meliputi inkonsistensi dalam
penentuan urutan aktivitas dan pengendalian jadwal, kurangnya proses alokasi
sumber daya yang terstandarisasi, serta tidak adanya program pengembangan
karier yang terstruktur. Hambatan ini menyebabkan inefisiensi dalam pemanfaatan
sumber daya, keterlambatan jadwal, dan peningkatan biaya proyek. Namun,
penelitian ini juga mengidentifikasi kekuatan dalam aspek definisi aktivitas
(Tingkat 3) dan akuisisi tim (Tingkat 3), yang menunjukkan potensi untuk
ditingkatkan.
Untuk mengatasi tantangan ini, penelitian ini mengusulkan strategi
strategis untuk meningkatkan tingkat kematangan manajemen proyek.
Rekomendasi mencakup standarisasi proses manajemen waktu dan integrasi
jadwal, penerapan alat canggih seperti Primavera untuk pemantauan jadwal
secara real-time, dan formalisasi kerangka kerja SDM seperti Responsibility
Assignment Matrices (RAMs) serta jalur karier yang terstruktur. Selain itu,
program pelatihan pra-konstruksi bagi pekerja lokal ditekankan untuk menyelaraskan dengan komitmen CSR PT BMS dalam mempekerjakan 70% tenaga
kerja lokal.
Strategi yang diusulkan diintegrasikan ke dalam jadwal yang telah direvisi,
yang berhasil mengurangi durasi proyek pembangunan smelter menjadi 16 bulan
melalui optimalisasi manajemen jalur kritis, tumpang tindih aktivitas, dan
perencanaan sumber daya yang lebih baik. Penelitian ini memberikan kontribusi
akademis dengan penerapan praktis kerangka PMMM dalam menilai dan
meningkatkan tingkat kematangan manajemen proyek di proyek konstruksi
industri. Selain itu, penelitian ini menawarkan wawasan manajerial bagi PT BMS
dan organisasi serupa untuk meningkatkan efisiensi proyek dan menyelaraskan
tujuan operasional dengan pengembangan komunitas yang berkelanjutan.
Perpustakaan Digital ITB