digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Distribusi listrik merupakan industri yang memiliki risiko tinggi dan termasuk dalam sistem sosioteknikal yang kompleks. Salah satu risiko dalam operasi distribusi listrik adalah kecelakaan kerja. PT PLN (Persero), perusahaan listrik Indonesia, melaporkan sebanyak 61 kecelakaan kerja terjadi dalam kurun waktu Maret 2022 hingga Juni 2024. Dari jumlah tersebut, 75% kecelakaan terjadi di sektor distribusi. PLN masih mengutamakan pendekatan safety-I dalam penerapan sistem manajemen keselamatan, meskipun dinilai tidak cukup untuk mengurangi jumlah kecelakaan kerja. Resilience engineering (RE), bagian dari safety-II, kemudian muncul sebagai pendekatan baru dalam mengelola keselamatan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi prinsip RE yang dapat mempengaruhi potensi resilience di sektor distribusi dan mengidentifikasi area perbaikan pada sistem manajemen keselamatan untuk mencapai zero accident. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner 27 item pernyataan yang dirancang untuk mengukur persepsi responden tentang penerapan saat ini dan tingkat kepentingan suatu prinsip RE menggunakan 6 skala Likert. Responden berjumlah 196 petugas pelayanan teknik Unit Distribusi Jakarta yang ditentukan dengan teknik judgement sampling. Data kemudian diolah menggunakan analisis faktor dengan bantuan software SPSS 27 dan importance-performance analysis (IPA). Penelitian ini berkontribusi menghasilkan lima prinsip RE baru melalui analisis faktor dengan total variansi 67,19%. Prinsip RE tersebut antara lain manajemen risiko, iklim keselamatan, agility, adaptability, dan safety accountability. Di sisi lain, matriks IPA menunjukkan bahwa prinsip manajemen risiko, iklim keselamatan, adaptability, dan safety accountability harus dipertahankan dan diperkuat untuk meningkatkan potensi resilience organisasi. Hasil penelitian ini juga memberikan implikasi bagi PLN untuk membangun potensi resilience dalam menghadapi risiko kecelakaan kerja di masa depan. Beberapa strategi yang direkomendasikan antara lain membangun budaya melapor dan belajar, meningkatkan komunikasi yang efektif, melaksanakan pelatihan dan simulasi tanggap darurat scara konsisten, serta menjalankan sistem penghargaan dan konsekuensi.