
Abstrak - Muhammad Abhirama Kanantyo
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Proses pemenuhan kebutuhan minyak dan gas bumi dilakukan dengan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, baik di darat maupun di lautan. Ketika kegiatan ini dilakukan di laut lepas, maka jaringan pipa bawah laut dibutuhkan untuk mengalirkan minyak dan gas bumi dari laut lepas ke daratan. Indonesia, negara di mana 2/3 areanya adalah lautan, memiliki potensi yang tinggi dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi di bawah dasar laut. Menurut data statistik yang dirilis oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tahun 2023, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan menempati pertama dan ketiga sebagai provinsi dengan minyak bumi terbesar di Indonesia. Sumatera Tengah memiliki 1410.34 juta barrel minyak bumi dan Sumatera Selatan memiliki 601.50 juta barrel minyak bumi. Angka tersebut terdiri dari 3 jenis cadangan minyak bumi, yaitu proven, probable, dan possible. Data yang dirilis oleh Kementerian ESDM ini mendukung lokasi di mana pipa bawah laut dalam tugas akhir ini akan didesain dan dianalisis. Lokasi tugas akhir ini bertempat di Perairan Selat Berhala, di sisi timur Pulau Sumatera. Pada tugas akhir ini, pipa yang didesain dan dianalisis ini membentang sepanjang 268 kilometer dari Kuala Tungkal hingga ke sebuah sebuah platform yang berada di tengah Laut Cina Selatan. Proses desain dan analisis pipa bawah laut dalam tugas akhir ini dilakukan dengan bantuan standar internasional. Proses desain dan analisis pipa bawah laut dalam tugas akhir ini meliputi pengumpulan dan pengolahan data lingkungan, analisis wall
thickness, analisis on-bottom stability, analisis instalasi pipa bawah laut, dan analisis bentang bebas. Proses pengumpulan dan pengolahan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data lingkungan pada tiga periode ulang berbeda, yaitu 1 tahunan, 10 tahunan, dan 100 tahunan yang digunakan sebagai data input lingkungan pada proses-proses analisis selanjutnya. Proses analisis wall thickness dilakukan dengan DNV-ST-F101 dan ASME B31.8 sebagai acuannya. Hasil analisis ini adalah didapatkannya 12.7 mm sebagai tebal dinding pipa baja. Proses analisis on-bottom stability dilakukan dengan DNV-RP-F109 sebagai acuannya. Hasil analisis ini adalah penggunaan 62 mm sebagai tebal dinding lapisan beton. Proses analisis instalasi pipa bawah laut dilakukan dengan metode S-lay dan DNV-ST-F101 sebagai acuan. Hasil analisis ini adalah didapatkannya konfigurasi roller dan stinger lay barge. Terakhir, dilakukan analisis bentang bebas dengan DNV-RP-F105 sebagai acuannya. Hasil analisis ini adalah diizinkannya bebas maksimum sepanjang 13.3 m.