Visualisasi data merupakan objek visual yang mendeskripsikan kebenaran, yang
dikonstruksi dengan kode tertentu untuk mengomunikasikan sesuatu.
Permasalahan dalam penelitian ini berawal dari pernyataan mengenai kredibilitas
visualisasi data yang kerap dinilai memiliki modalitas rendah jika dibanding
dengan objek visual lain seperti gambar atau foto. Di samping itu, kecanggihan
teknologi memunculkan isu krusial tersendiri dalam komunikasi visual khususnya
terkait reliabilitas. Apakah penggunaan elemen-elemen visual dimaknai sama oleh
semua publik yang melihat, atau sebaliknya, menimbulkan ketidakpastian dan
perasaan tidak aman? Dalam konteks pandemi Covid-19, persoalan modalitas
visualisasi data memiliki dinamika yang menarik, yang tidak hanya menyematkan
wacana, tetapi juga berpotensi membentuk pengetahuan dan ideologi tertentu,
serta memiliki relasi kuasa.
Penelitian ini mengidentifikasi bagaimana konstruksi pengetahuan, ideologi, dan
relasi kuasa pada wacana peta dan grafik Covid-19. Ada tujuh (7) objek peta
dan/atau grafik yang dipilih peneliti, yang bersumber dari tiga media online yaitu
www.covid19.go.id, www.kawalcovid19.id, dan www.laporcovid19.org.
Penelitian ini menggunakan kajian Semiotika Sosial, Representasi Visual, Narasi
Visual, dan Analisis Wacana Foucault. Untuk menjaga keandalan metodologi,
peneliti menerapkan metode campuran (mixed methods). Pertama, peneliti
menerapkan analisis tematik dan intra-coder reliability untuk membedah delapan
(8) penanda modalitas dan empat (4) orientasi validitas dari setiap objek
ii
penelitian. Metode ini digunakan untuk menelusuri ragam representasi visual pada
peta dan grafik Covid-19, serta kaitannya dengan relasi kuasa. Selanjutnya,
peneliti melakukan uji opini pubik melalui purposive sampling dan melakukan
analisis Semantic Differential, Uji Kaiser Meyer Olkin (KMO), Bartlett's Test of
Sphericity, Semantic Colour Palette, dan Component Transformation Matrix
untuk menyingkap bagaimana wacana dominan mengonstruksi pengetahuan dan
ideologi masyarakat, serta bagaimana wacana memvalidasi kebenaran dan
membentuk relasi kuasa dalam tatanan sosial selama pandemi Covid-19.
Peneliti menemukan ada tiga (3) objek penelitian dengan modalitas dan validitas
paling tinggi yaitu objek pertama, objek keempat, dan objek keenam. Temuan
orientasi sensori dan natural menjelaskan representasi visual yang selaras dan
menyematkan elemen sensori tertentu tidak hanya meningkatkan aspek kognitif,
tetapi juga mampu menyentuh level emosional individu. Menariknya, temuan
orientasi ini dipelajari dari berbagai tindakan masyarakat sehingga memunculkan
proposisi-proposisi tertentu. Media online sebagai sign maker memanfaatkan
metafora representasi visual untuk menarasikan pandemi Covid-19 tidak hanya
berada dalam istilah warning, tetapi dalam keadaan gawat darurat. Temuan ini
mengarahkan pada apa yang disebut oleh Foucault bahwa praktik diskursif akan
membentuk kuasa dan mengarahkan pada evolusi konsep-konsep pengetahuan
baru.
Temuan lainnya terkait dengan peran ketiga media online yang melakukan
dikotomi wacana, yang dimanfaatkan untuk memobilisasi ragam retorika
mengenai pandemi Covid-19. Peneliti memandang pengetahuan yang diciptakan
pada wacana peta dan grafik Covid-19 merupakan cara-cara bagaimana ideologi
diperkenalkan. Munculnya makna strong, intelligent, logical, excitable, unbiased,
dan relaxed sebagai wacana dominan pada peta dan grafik Covid-19
memungkinkan adanya serangkaian respons yang dapat dimanfaatkan untuk
mengorginisasi perilaku masyarakat. Adanya praktik-praktik diskursif maupun
non-diskursif dalam representasi visual data Covid-19 merupakan bentuk
iii
pengawasan berlapis dari berbagai tingkat kekuasaan sistemik yang mengarahkan
masyarakat pada ideologi tertentu.
Tatanan sosial selama pandemi dan budaya visual era digital turut membentuk
ideologi dan kekuasaan. Setiap media online mempelajari struktur pengetahuan
melalui algoritma tertentu dan relasi antar pihak-pihak yang berinteraksi. Melalui
diskursus publik, wacana dimunculkan dan kebenaran divalidasi dari konteks
sosialnya. Meskipun demikian, wacana ini sebenarnya adalah bagian dari agenda
media dan strategi reduksi kekuasaan.
Peneliti merumuskan dalil-dalil temuan mengenai pengetahuan, validasi
kebenaran, serta mekanisme kekuasaan. Pengetahuan berisikan gagasan atau ide
yang mengandung nilai-nilai dan wacana dominan, yang mengarahkan pada
legitimasi kebenaran baru. Sementara validasi kebenaran dalam wacana terkait
erat dengan siapa yang memiliki sumber daya dan berdampak pada sensibilitas
tertentu. Selanjutnya, pandangan mengenai kekuasaan yang tersebar dalam ruang-
ruang wacana digital. Media online sebagai sign maker memiliki kekuasaan yang
secara langsung dapat melihat aktivitas masyarakat melalui algoritma data dan
keterjangkauan. Praktik-praktik tersebut dilakukan oleh tiga platform media
online dalam mengonstruksi visualisasi data Covid-19. Teknologi digital sebagai
sebuah rezim memiliki kekuatan yang luar biasa untuk membentuk pengetahuan,
mengarahkan kebenaran, sekaligus melanggengkan kekuasaan yang lebih solid
pada institusi atau lembaga yang memiliki sumber daya.