digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pertumbuhan kota yang cepat sering kali tidak memperhatikan kebutuhan anak-anak, terutama dalam menciptakan ruang terbuka dan lingkungan yang ramah anak. Hal ini bertentangan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 11 yang menargetkan kota dan komunitas berkelanjutan serta ramah anak. Tantangan ini semakin mendesak mengingat perkiraan bahwa hingga 60 persen penduduk perkotaan dunia akan berusia di bawah 18 tahun pada tahun 2030. Sayangnya, ruang publik di banyak negara cenderung tidak ramah bagi anak-anak, terutama di kawasan wisata perkotaan yang padat, seperti kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengisi celah dalam literatur terkait dengan mengeksplorasi penerapan kaidah kota ramah anak dalam konteks kawasan wisata warisan budaya urban, khususnya di kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta. Yogyakarta telah dicanangkan sebagai Kota Layak Anak sejak tahun 2011, namun aspek pariwisata dalam inisiatif ini masih kurang diperhatikan. Penelitian ini berfokus pada mengkaji sejauh mana fasilitas dan kebijakan di kawasan Sumbu Filosofi telah memenuhi standar kota ramah anak, mengingat tingginya tingkat kunjungan wisatawan anak-anak di kawasan tersebut. Tujuan utama penelitian ini adalah mengeksplorasi sejauh mana prinsip kota ramah anak diterapkan dalam pengembangan kawasan Wisata Sumbu Filosofi Yogyakarta serta bagaimana kawasan ini dapat dioptimalkan sebagai destinasi wisata perkotaan yang inklusif dan ramah anak. Penelitian ini menganalisis komponen pembentuk destinasi wisata, termasuk aksesibilitas, atraksi, dan fasilitas pendukung di kawasan Sumbu Filosofi, dengan mengacu pada tiga standar kota ramah anak: Klaster Hak Anak dari Kota Layak Anak Indonesia, Five Goals dari Child Friendly City Initiatives (UNICEF), serta Children’s Needs dari Streets for Kids Guidelines (NACTO). Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran dengan menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif. Data dikumpulkan melalui survei, observasi langsung, dan analisis dokumen. Data kuantitatif dianalisis menggunakan statistik deskriptif, sementara data kualitatif dianalisis secara tematik untuk menilai sejauh mana prinsip kota ramah anak diterapkan di kawasan Wisata Sumbu Filosofi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kunjungan ke kawasan ini lebih didorong oleh keputusan orang tua, dengan keterlibatan anak yang minim dalam perencanaan. Selain itu, sebagian besar pengunjung tidak menyadari bahwa kawasan ini merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO, yang mencerminkan kurangnya edukasi dan kesadaran publik. Secara keseluruhan, kawasan Sumbu Filosofi menunjukkan tiga aspek utama kawasan ramah anak, yaitu "safe and healthy," "comfortable and convenient," dan "educational and playful." Namun, hanya bagian utara (Kawasan I.C), khususnya Jalan Malioboro dan sekitarnya, yang memiliki fasilitas wisata ramah anak paling lengkap dan berkualitas. Aspek "comfortable and convenient" adalah aspek yang paling kuat pada kawasan ini, sementara aspek "safe and healthy" terindikasi kurang efektif dalam implementasinya di lapangan, dengan beberapa pelanggaran. Selain itu, aspek "educational and playful" mendapat penilaian rendah baik implementasi dilapangan maupun dari perspektif pengunjung karena perencanaan kebijakan yang kurang rinci. Temuan penelitian ini memiliki implikasi penting bagi pengembangan kebijakan dan praktik perencanaan kota ramah anak, terutama dalam konteks kawasan wisata perkotaan. Penelitian ini memberikan kontribusi baru terhadap literatur mengenai kota ramah anak dengan mengeksplorasi penerapannya dalam konteks kawasan wisata pada warisan budaya perkotaan. Selain itu, penelitian ini juga memberikan rekomendasi praktis bagi para pemangku kepentingan di Yogyakarta untuk meningkatkan kualitas ruang publik dan fasilitas pendukung di kawasan Sumbu Filosofi agar lebih inklusif dan ramah anak.