COVER_RIZKA FIRDAUSI PERTIWI
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi BAB I_RIZKA FIRDAUSI PERTIWI
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi BAB II_RIZKA FRDAUSI PERTIWI
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi BAB III_RIZKA FIRDAUSI PERTIWI
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi BAB IV_RIZKA FIRDAUSI PERTIWI
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi BAB V_RIZKA FIRDUASI PERTIWI
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi BAB VI_RIZKA FIRDAUSI PERTIWI
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi DAFTAR PUSTAKA_RIZKA FIRDAUSI PERTIWI
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi
Musculoskeletal disorders (MSDs) diidentifikasi sebagai sebuah masalah yang penting dan merugikan pada industri pertambangan karena mengakibatkan cedera dan penyakit pada pekerjanya. MSDs sulit ditentukan tanpa diagnosis medis sehingga dalam penelitian ini gangguan muskuloskeletal diukur dalam musculoskeletal discomforts. Pekerja pemboran tambang bawah tanah yang menggunakan jeg leg drill machine memiliki risiko ketidaknyamanan muskuloskeletal karena paparan getaran dan ergonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis risiko paparan getaran dan postur tubuh terhadap ketidaknyamanan muskuloskeletal pada pekerja pemboran. Penelitian dilakukan pada pekerja pemboran PT. Karya Sakti Purnama di tambang bawah tanah milik PT. Antam secara cross sectional. Pengukuran getaran menggunakan Human Vibration Meter berdasarkan ISO 5349-2. Pengamatan postur tubuh pekerja menggunakan BRIEF survey dan QEC survey. Wawancara keluhan muskuloskeletal berdasarkan Cornell Musculoskeletal Discomfort Questionnaires. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai rata-rata getaran harian yang diterima pekerja melebihi ambang batas dengan besar antara 11,0 – 21,62 m/detik2. Evaluasi postur tubuh berdasarkan BRIEF dan QEC didapatkan bahwa pekerjaan dengan risiko tertinggi adalah penyanggan Hbeam. Prevalensi ketidaknyamanan muskuloskeletal pada pekerja (100%) lebih banyak dibanding kelompok kontrol (75%). Keluhan yang dirasakan pekerja meliputi rasa nyeri, kesemutan, kram, kaku, mati rasa dan pegal-pegal. Keluhan pada tangan yang paling banyak dirasakan adalah pada area A (62,5%), dan B (45,8%) pada tangan kanan (area jari telunjuk sampai jari kelingking), sedangkan badan adalah nyeri pinggang (62,5%). Frekuensi keluhan umunya dirasakan 1-2 kali per minggu (48,5%) dan sebanyak 57,1% keluhan termasuk kategori sedikit tidak nyaman. Berdasarkan analisis statistik dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai variabel usia, masa kerja, getaran dan postur tubuh maka ketidaknyamanan muskuloskeletal pada tangan dan badan cenderung meningkat juga. Persamaan regresi untuk ketidaknyamanan muskuloskeletal pada tangan menggunakan metode BRIEF dan QEC menunjukkan hasil yang hampir setara sedangkan untuk penilaian ketidaknyamanan muskuloskeletal pada badan dibutuhkan pembatasan usia responden yang lebih homogen.