digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Mochammad Faiq Al-Harits
PUBLIC Alice Diniarti

Indonesia dengan 50% cadangan nikel dunia memiliki potensi besar untuk berperan penting dalam industri kendaraan listrik (EV) global, terutama dalam produksi baterai. Seiring meningkatnya penjualan EV dan permintaan baterai lithium-ion yang semakin tinggi, Indonesia memulai program hilirisasi dengan mendirikan kawasan industri Morowali di Sulawesi. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan nilai produk nikel dengan mengolahnya menjadi komponen bernilai tinggi untuk EV, seperti baterai pack. Salah satu aspek penting dalam desain baterai pack adalah manajemen termal yang aman dan efisien, terutama karena panas yang dihasilkan selama proses pengisian dan pengosongan. Dengan kemajuan teknologi EV, baterai semakin dihadapkan pada kondisi ekstrem, termasuk arus pengosongan yang lebih tinggi untuk menggerakkan motor dan laju pengisian yang lebih cepat, yang dapat meningkatkan temperature hingga 80 °C. Paparan temperature tinggi dalam jangka waktu lama dapat mempercepat degradasi baterai, mengakibatkan penurunan kapasitas, usia pakai yang lebih pendek, dan potensi thermal runaway. Dalam studi ini, sebuah sistem manajemen termal baterai (BTMS) berbasis pendinginan liquid dengan struktur serpentine dikembangkan untuk sel baterai lithium-ion silindris dan diuji secara eksperimental dalam berbagai kondisi operasi. BTMS berhasil menjaga temperature baterai tetap dalam rentang aman 25 °C hingga 40 °C, bahkan di bawah arus pengosongan tinggi dan laju pengisian cepat. Selain itu, model simulasi numerik dikembangkan dan divalidasi dengan data eksperimental, dengan rentang kesalahan keseluruhan 0,36% hingga 11,55%. Model ini menyediakan alat yang andal dan hemat biaya untuk desain BTMS di masa depan, memastikan keamanan dan kinerja baterai dalam berbagai kondisi.