digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian ini berfokus pada representasi visual anak-anak dalam buku cerita Inpres yang diterbitkan pada periode 1974-1984, saat Indonesia berada di bawah pemerintahan Orde Baru. Buku-buku cerita Inpres, yang didistribusikan secara luas ke sekolah-sekolah dasar di seluruh negeri, menjadi media penting dalam membentuk pandangan anak-anak tentang diri mereka dan masyarakat. Buku-buku ini menggabungkan teks dan ilustrasi, tetapi penelitian sebelumnya lebih banyak berfokus pada analisis naratif, sementara aspek visual dari ilustrasi, yang juga memainkan peran penting dalam penyampaian pesan, belum banyak mendapat perhatian. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji representasi anak-anak dan interaksi sosial yang ditampilkan melalui ilustrasi dalam buku cerita Inpres. Penelitian ini menggunakan metode analisis konten visual untuk menganalisis gambar yang terdapat dalam buku cerita Inpres. Dalam analisis tersebut, peneliti mengeksplorasi berbagai elemen visual seperti komposisi gambar dan interaksi antartokoh. Penelitian ini juga menggali tema-tema yang dominan, seperti kehidupan pedesaan, dominasi tokoh anak laki-laki, serta representasi anak sebagai subjek pembangunan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa visualisasi masa anak-anak dalam buku cerita Inpres sangat dipengaruhi oleh latar kehidupan pedesaan. Ilustrasi sering menampilkan latar desa dengan elemen-elemen alam seperti gunung, sawah, dan kelapa sawit, yang mencerminkan kondisi sosial Indonesia pada era tersebut. Hal ini sejalan dengan program pembangunan desa yang diusung oleh pemerintah Orde Baru, yang menekankan pentingnya pengembangan infrastruktur di daerah-daerah pedesaan. Gambar anak-anak sering kali menampilkan mereka dalam kegiatan sehari-hari, seperti membantu orang tua bekerja di sawah atau berpartisipasi dalam kegiatan koperasi desa. Topik-topik ini mencerminkan kondisi Indonesia yang pada masa itu sedang dalam tahap pembangunan yang fokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Selain itu, representasi tokoh anak-anak dalam buku-buku cerita ini didominasi oleh anak laki-laki, sementara tokoh perempuan lebih sering digambarkan sebagai ibu atau adik yang bersikap pasif. Tokoh laki-laki lebih sering menjadi pusat perhatian dalam cerita, digambarkan aktif berperan dalam kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan atau peran sosial. Misalnya, anak laki-laki sering digambarkan sebagai inisiator pembangunan koperasi sekolah atau berkeinginan untuk berkontribusi pada pembangunan desa. Temuan lainnya menunjukkan bahwa anak-anak seringkali ditampilkan sebagai objek dalam buku-buku bertema pembangunan. Mereka tidak digambarkan sebagai subjek yang sepenuhnya memiliki kendali atas hidup mereka, melainkan sebagai bagian dari proyek pembangunan yang dikendalikan oleh orang dewasa atau pemerintah. Ilustrasi tersebut menunjukkan bahwa masa anak-anak pada era Orde Baru tidak hanya dikonstruksi oleh orang tua, tetapi juga oleh negara. Hal ini selaras dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa ideologi anak ideal pada masa itu dipengaruhi oleh agenda pembangunan nasional dan kontrol dari pihak otoritas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ilustrasi dalam buku cerita Inpres memainkan peran penting dalam menyampaikan ideologi sosial dan politik Orde Baru. Gambar-gambar tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap narasi, tetapi juga sebagai alat propaganda yang menggambarkan bagaimana anak-anak diharapkan berperan dalam masyarakat yang sedang berkembang. Dengan demikian, visualisasi dalam buku cerita Inpres dapat dilihat sebagai cerminan dari konstruksi masa anak-anak yang dipengaruhi oleh agenda pembangunan dan kontrol sosial pada masa itu.