digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

Penelitian ini bertujuan untuk merancang model bisnis slow fashion yang layak bagi anak perusahaan Screamous, dengan fokus pada pemenuhan kebutuhan konsumen dan penerapan prinsip keberlanjutan. Penelitian ini menunjukkan bahwa industri fesyen, khususnya fast fesyen, menghadapi tantangan besar terkait dampak lingkungan dan sosial. Sebagai respons terhadap permasalahan ini, slow fashion muncul dengan pendekatan yang menekankan kualitas, daya tahan, dan produksi yang berkelanjutan. Meskipun Screamous telah meluncurkan beberapa produk slow fashion, realisasi keuntungan dari produk-produk ini belum mencapai target yang diharapkan, yang diduga disebabkan oleh ketidaksesuaian antara proporsi nilai yang ditawarkan dan yang diinginkan konsumen. Penelitian ini mengidentifikasi bahwa ketidaksesuaian tersebut disebabkan oleh penggunaan model bisnis fast fesyen dalam pengembangan produk slow fashion, yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan. Melalui analisis five why’s analysis, ditemukan bahwa penyebab utama masalah ini adalah tidak adanya perancangan model bisnis yang khusus untuk slow fashion. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada perumusan usulan rancangan model bisnis slow fashion menggunakan metode business model canvas dan testing business ideas karya Osterwalder, dkk untuk perusahaan Screamous yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dan prinsip keberlanjutan, serta menilai kelayakan implementasinya untuk mengurangi ketidakpastian dan risiko dalam pengambilan keputusan perusahaan. Berdasarkan metode yang digunakan, didapatkan hasil bahwa melalui analisis mendalam terhadap lingkungan bisnis dan kebutuhan pelanggan, penelitian ini mengidentifikasi lima proposisi nilai utama, yaitu desain yang perbusat pada aktivitas alam, mengedepankan pengrajin lokal, sumber daya berkelanjutan, tranparansi dan aktivisme. Hasil rancangan Business Model Canvas menunjukkan x bahwa keberhasilan model bisnis ini sangat bergantung pada integrasi kelima proporsi nilai tersebut dengan dukungan dari hubungan pelanggan yang personal, saluran distribusi yang omnichannel, aktivitas produksi yang berkelanjutan, serta kemitraan dengan pemasok bahan baku lokal. Meskipun model bisnis ini memiliki potensi yang besar, terhadap fakot minat pelanggan dan kekuatan finansial bisnis, Namun, ketersediaan bahan baku berkelanjutan di Indonesia masih menjadi tantangan utama.