Banjir adalah masalah sosial yang semakin mendesak yang mempengaruhi daerah
perkotaan di seluruh dunia. Peristiwa banjir dapat menyebabkan gangguan parah pada
layanan utama, merusak infrastruktur, dan memiliki dampak pada masyarakat.
Dampak ini termasuk kerusakan rumah dan bisnis, masalah kesehatan mental seperti
stres pasca-trauma kekacauan, dan bahkan kematian. Dibedakan dari jaraknya ke
saluran makro, banjir terbagi menjadi 2 yaitu banjir pluvial dan banjir fluvial. Banjir
pluvial memiliki jarak yang relatif jauh dari kali sebaliknya jarak saluran makro ke
banjir fluvial adalah cukup dekat. Banjir pluvial adalah jenis banjir yang terjadi akibat
curah hujan yang sangat tinggi dan intens dalam waktu singkat, yang menyebabkan air
menggenang dan tidak bisa meresap ke dalam tanah atau dialirkan melalui sistem
drainase yang ada.
Dalam sebuah sistem drainase terdapat inlet dan outlet. Ketidakseimbangan
(unbalanced) kapasitas drainase antara inlet dan outlet merupakan penyebab utama
terjadinya banjir pluvial. Inlet memiliki debit yang lebih besar dibandingkan dengan
outlet. Hal tersebut dimungkinkan terjadi akibat Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
besar, kemiringan yang curam, waktu konsentrasi yang cepat dan perubahan tata guna
lahan. Sebaliknya pada outlet terjadi pengecilan debit diakibatkan oleh jarak yang jauh
terhadap sungai, cekungan (alami dan buatan manusia) dan sulitnya gravitasi akibat
lebih rendahnya elevasi dibandingkan saluran penerima. Selisih debit antara inlet dan
outlet menyebabkan terjadinya limpasan yang sering disebut genangan.
Banjir menyebabkan kerusakan. Dampak dari kerusakan tersebut secara garis besar
dapat terjadi pada bangunan, manusia dan benda lainnya seperti kendaraan, furniture,
barang elektronik dan lainnya. Adapun parameter yang sangat penting dalam
penentuan kerusakan tersebut adalah tinggi genangan dan durasi genangan. Tinggi dan
durasi genangan menjadi bagian utama dalam penelitian ini. Yang menjadi tujuan
penelitian pada penelitian ini adalah membuat dan menerapkan model perangkat banjir
untuk mengurangi tinggi dan waktu kejadian banjir pada drainase kota Jakarta,
menganalisis permasalahan – permasalahan drainase perkotaan yang ditemukan
seiring dengan berjalannya penelitian ini, menentukan standar minimum aman tinggi
genangan dan durasi genangan pada kota Jakarta, menurunkan indeks bahaya dari
aspek ekonomi dan safety dan penerapan Standart Operating Prosedure (SOP)
penggunaan pompa mobile di kota Jakarta Selatan.
Sebagai pemicu dalam pergerakan emergency response tersebut adalah dengan
menggunakan early warning dengan memprediksi gejala mikrofisik awan yang terjadi
di atmosfer. Pemilihan lokasi yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah
berdasarkan hierarki economy dan safety. Selain itu penelitian ini berfokus pada
permasalahan permasalahan drainase perkotaan saja dan hanya mengambil beberapa
informasi penting dari saluran utama manakala diperlukan (sebagai contoh mengambil
level boundary condition untuk pemodelan fisik akhir drainase lokal).
Pluvial banjir di Jakarta mendominasi kejadian banjir di Jakarta. Titik lokasi banjir
pluvial di Jakarta Selatan adalah 29 lokasi. Perubahan coefisien run off (C) di Jakarta
Selatan adalah 1 – 1,3% pertahun. Laju kenaikan nilai koefisien aliran permukaan (C)
adalah sama dengan laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta yaitu sekitar 1,3%
pertahun. Nilai coefficient runoff (C) equivalent di Jakarta Selatan adalah 0,57. Pada
Jalan Sudirman waktu terpadat kendaraan adalah pukul 13.00. Sementara pada Jalan
Rasuna Said waktu terpadat kendaraan adalah pukul 07.00 dan pukul 20.00. Nilai VC
ratio kedua Jalan Sudirman dan Rasuna Said pada kedua arah memiliki rentang 0,45
sd 0,74 artinya arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan.
Kalibrasi dan validasi telah dilakukan pada alat flume uji model lab ITB ukuran 7,5
cm x 10,5 cm x 150 cm. Pengaruh bahan material model sangat mempengaruhi
perilaku model pada media air (Titik Metasentrum M = BM – BG). Ketinggian
maksimum banjir yang dapat dilewati adalah 75 cm. Kecepatan maksimum banjir yang
dapat dilewati adalah 1,64 m/s. Kombinasi tinggi dan kecepatan air (DV ratio) bisa
digunakan dalam menentukan area banjir yang aman dilewati. Kota Jakarta Selatan
memiliki intensitas hujan yang paling tinggi diseluruh Jakarta. Distribusi hujan tidak
merata terjadi di Jakarta Selatan. Intervensi pompa mobile dapat efektif mengurangi
ketinggian banjir. Masing – masing tingkat indeks bahaya risiko di lokasi rawan banjir
pluvial Jakarta selatan berdasarkan Permen PUPR 12 tahun 2014 adalah sebagai
berikut: tingkat bahaya ringan (27), tingkat bahaya sedang (2) dan tingkat bahaya berat
(0). Masing - masing tingkat indeks bahaya di lokasi rawan banjir pluvial Jakarta
selatan berdasarkan Perka BNPB 2 tahun 2012 (modifikasi) adalah sebagai berikut:
Risiko Ringan (7) Risiko Sedang (22) dan Risiko Berat (0). Optimalisasi pompa
mobile dilakukan dengan 2 kriteria awal yaitu kemampuan atau tidaknya kapasitas
saluran dalam menerima debit rencana. Kelengkapan pompa mobile yaitu alat prediksi
cuaca dan SOP pompa mobile diperlukan untuk optimalisasi pompa mobile. Terdapat
8 lokasi rawan banjir pluvial di Jakarta Selatan yang memerlukan pompa mobile.
Tujuh diantaranya memerlukan alat prediksi cuaca dan 3 memerlukan SOP pompa
mobile. Dari hasil simulasi dengan menggunakan syarat outlet yang keluar dari sistem
(out of system) maka didapatkan bahwa konfigurasi menuju ke hulu penampang
saluran yang banjir menunjukkan hasil yang paling optimal. Hal ini dikarenakan
pompa mobile mampu memangkas hidrograf banjir sejak awal yaitu pada bagian hulu
yang banjir. Selain itu kriteria penggunaan jenis pompa mobile yang digunakan dengan
prediksi cuaca adalah dengan pompa mobile berkapasitas minimal 0,5 m3/s