digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Banjir adalah masalah sosial yang semakin mendesak yang mempengaruhi daerah perkotaan di seluruh dunia. Peristiwa banjir dapat menyebabkan gangguan parah pada layanan utama, merusak infrastruktur, dan memiliki dampak pada masyarakat. Dampak ini termasuk kerusakan rumah dan bisnis, masalah kesehatan mental seperti stres pasca-trauma kekacauan, dan bahkan kematian. Dibedakan dari jaraknya ke saluran makro, banjir terbagi menjadi 2 yaitu banjir pluvial dan banjir fluvial. Banjir pluvial memiliki jarak yang relatif jauh dari kali sebaliknya jarak saluran makro ke banjir fluvial adalah cukup dekat. Banjir pluvial adalah jenis banjir yang terjadi akibat curah hujan yang sangat tinggi dan intens dalam waktu singkat, yang menyebabkan air menggenang dan tidak bisa meresap ke dalam tanah atau dialirkan melalui sistem drainase yang ada. Dalam sebuah sistem drainase terdapat inlet dan outlet. Ketidakseimbangan (unbalanced) kapasitas drainase antara inlet dan outlet merupakan penyebab utama terjadinya banjir pluvial. Inlet memiliki debit yang lebih besar dibandingkan dengan outlet. Hal tersebut dimungkinkan terjadi akibat Daerah Aliran Sungai (DAS) yang besar, kemiringan yang curam, waktu konsentrasi yang cepat dan perubahan tata guna lahan. Sebaliknya pada outlet terjadi pengecilan debit diakibatkan oleh jarak yang jauh terhadap sungai, cekungan (alami dan buatan manusia) dan sulitnya gravitasi akibat lebih rendahnya elevasi dibandingkan saluran penerima. Selisih debit antara inlet dan outlet menyebabkan terjadinya limpasan yang sering disebut genangan. Banjir menyebabkan kerusakan. Dampak dari kerusakan tersebut secara garis besar dapat terjadi pada bangunan, manusia dan benda lainnya seperti kendaraan, furniture, barang elektronik dan lainnya. Adapun parameter yang sangat penting dalam penentuan kerusakan tersebut adalah tinggi genangan dan durasi genangan. Tinggi dan durasi genangan menjadi bagian utama dalam penelitian ini. Yang menjadi tujuan penelitian pada penelitian ini adalah membuat dan menerapkan model perangkat banjir untuk mengurangi tinggi dan waktu kejadian banjir pada drainase kota Jakarta, menganalisis permasalahan – permasalahan drainase perkotaan yang ditemukan seiring dengan berjalannya penelitian ini, menentukan standar minimum aman tinggi genangan dan durasi genangan pada kota Jakarta, menurunkan indeks bahaya dari aspek ekonomi dan safety dan penerapan Standart Operating Prosedure (SOP) penggunaan pompa mobile di kota Jakarta Selatan. Sebagai pemicu dalam pergerakan emergency response tersebut adalah dengan menggunakan early warning dengan memprediksi gejala mikrofisik awan yang terjadi di atmosfer. Pemilihan lokasi yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah berdasarkan hierarki economy dan safety. Selain itu penelitian ini berfokus pada permasalahan permasalahan drainase perkotaan saja dan hanya mengambil beberapa informasi penting dari saluran utama manakala diperlukan (sebagai contoh mengambil level boundary condition untuk pemodelan fisik akhir drainase lokal). Pluvial banjir di Jakarta mendominasi kejadian banjir di Jakarta. Titik lokasi banjir pluvial di Jakarta Selatan adalah 29 lokasi. Perubahan coefisien run off (C) di Jakarta Selatan adalah 1 – 1,3% pertahun. Laju kenaikan nilai koefisien aliran permukaan (C) adalah sama dengan laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta yaitu sekitar 1,3% pertahun. Nilai coefficient runoff (C) equivalent di Jakarta Selatan adalah 0,57. Pada Jalan Sudirman waktu terpadat kendaraan adalah pukul 13.00. Sementara pada Jalan Rasuna Said waktu terpadat kendaraan adalah pukul 07.00 dan pukul 20.00. Nilai VC ratio kedua Jalan Sudirman dan Rasuna Said pada kedua arah memiliki rentang 0,45 sd 0,74 artinya arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan. Kalibrasi dan validasi telah dilakukan pada alat flume uji model lab ITB ukuran 7,5 cm x 10,5 cm x 150 cm. Pengaruh bahan material model sangat mempengaruhi perilaku model pada media air (Titik Metasentrum M = BM – BG). Ketinggian maksimum banjir yang dapat dilewati adalah 75 cm. Kecepatan maksimum banjir yang dapat dilewati adalah 1,64 m/s. Kombinasi tinggi dan kecepatan air (DV ratio) bisa digunakan dalam menentukan area banjir yang aman dilewati. Kota Jakarta Selatan memiliki intensitas hujan yang paling tinggi diseluruh Jakarta. Distribusi hujan tidak merata terjadi di Jakarta Selatan. Intervensi pompa mobile dapat efektif mengurangi ketinggian banjir. Masing – masing tingkat indeks bahaya risiko di lokasi rawan banjir pluvial Jakarta selatan berdasarkan Permen PUPR 12 tahun 2014 adalah sebagai berikut: tingkat bahaya ringan (27), tingkat bahaya sedang (2) dan tingkat bahaya berat (0). Masing - masing tingkat indeks bahaya di lokasi rawan banjir pluvial Jakarta selatan berdasarkan Perka BNPB 2 tahun 2012 (modifikasi) adalah sebagai berikut: Risiko Ringan (7) Risiko Sedang (22) dan Risiko Berat (0). Optimalisasi pompa mobile dilakukan dengan 2 kriteria awal yaitu kemampuan atau tidaknya kapasitas saluran dalam menerima debit rencana. Kelengkapan pompa mobile yaitu alat prediksi cuaca dan SOP pompa mobile diperlukan untuk optimalisasi pompa mobile. Terdapat 8 lokasi rawan banjir pluvial di Jakarta Selatan yang memerlukan pompa mobile. Tujuh diantaranya memerlukan alat prediksi cuaca dan 3 memerlukan SOP pompa mobile. Dari hasil simulasi dengan menggunakan syarat outlet yang keluar dari sistem (out of system) maka didapatkan bahwa konfigurasi menuju ke hulu penampang saluran yang banjir menunjukkan hasil yang paling optimal. Hal ini dikarenakan pompa mobile mampu memangkas hidrograf banjir sejak awal yaitu pada bagian hulu yang banjir. Selain itu kriteria penggunaan jenis pompa mobile yang digunakan dengan prediksi cuaca adalah dengan pompa mobile berkapasitas minimal 0,5 m3/s