ABSTRAK Fajar Nur Alif
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 1 Fajar Nur Alif
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 2 Fajar Nur Alif
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 3 Fajar Nur Alif
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 4 Fajar Nur Alif
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 5 Fajar Nur Alif
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 6 Fajar Nur Alif
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
PUSTAKA Fajar Nur Alif
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
LAMPIRAN Fajar Nur Alif
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Perencanaan kota berkelanjutan mempertimbangkan tiga dimensi yang harus
seimbang. Namun, ketidakseimbangan antar dimensi tersebut menimbulkan
resource conflict yang berimplikasi terhadap kapasitas air. Aktivitas pembangunan
dan sosioekonomi yang tinggi di Kota Jakarta Selatan akan berdampak secara
domino terhadap kebutuhan air. Di sisi lain, kebijakan penataan ruang dan regulasi
yang bertujuan sama belum terimplementasi dengan efektif dan masih banyak yang
belum menyesuaikan arahannya. Dinamika yang terjadi di Kota Jakarta Selatan
akan memicu berbagai permasalahan terutama keterbatasan penyediaan air.
Penelitian ini akan bertujuan untuk mengestimasikan daya dukung sumber daya air
dengan meninjau pengaruh kebijakan penataan ruang terhadap kondisi tersebut.
Dalam prosesnya, akan dipertimbangkan berbagai faktor supply dan demand yang
diukur secara kuantitatif. Pengukuran daya dukung akan diestimasikan sejak tahun
2014 – 2024 dengan metode statistik EWM dan TOPSIS serta memproyeksikan
hingga tahun 2045 yang memperhatikan arahan beberapa kebijakan saat ini.
Ditemukan bahwa Kota Jakarta Selatan memiliki kondisi daya dukung yang sudah
melebihi ambang batas dengan kritis. Sebanyak 9,1% kawasan terbangun
memerlukan pengembangan jaringan perpipaan dan 14,8% kawasan perlu
diprioritaskan penanganannya. Proyeksi hingga tahun 2045 menunjukkan
ketidakcukupan pemenuhan demand air jika hanya mengandalkan jaringan
perpipaan, sehingga memerlukan suplemen dari air tanah. Kesimpulannya,
kapasitas lingkungan di Kota Jakarta Selatan terkonfirmasi semakin terdegradasi
akibat tren positif dari aktivitas sosioekonomi. Strategi dalam memperbaiki kondisi
daya dukung tersebut harus berfokus pada mengintegrasikan berbagai kebijakan
infrastruktur yang terkait penataan ruang dengan didukung oleh penambahan dan peningkatan
kapasitas air. Perlu dipahami bahwa penelitian hanya mempertimbangkan kondisi statis dari daya dukung sumber daya air yang dibatasi
oleh asumsi-asumsi tertentu, dan belum melihat secara detail mengenai kondisi dinamis yang terjadi.
Perpustakaan Digital ITB