Cross-Equatorial Northerly Surge (CENS) merupakan fenomena atmosfer yang
ditandai dengan menguatnya angin utara dari Laut Cina Selatan melintasi garis
khatulistiwa. Salah satu pembentuk CENS adalah perpanjangan dari fenomena
Cold Surge (CS) yang berasal dari atmosfer permukaan di atas Laut Cina Selatan.
Propagasi CS dapat mempengaruhi kondisi struktur vertikal atmosfer wilayah yang
dilaluinya. Namun, mekanisme propagasi CS menjadi CENS belum sepenuhnya
dipahami. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengidentifikasi propagasi CS
menjadi CENS (CENS-CS) berdasarkan struktur vertikal atmosfer dan penyebab
variasi propagasi CS pada kejadian CENS Januari 2021. Analisis perubahan
struktur vertikal atmosfer dilakukan menggunakan data reanalisis ERA5 dan
pengamatan radiosonde di Hong Kong, Ranai, Pangkalpinang, dan Jakarta.
Parameter struktur vertikal atmosfer yang diamati adalah angin meridional, suhu,
dan kelembapan spesifik pada lapisan 1000 hPa hingga 500 hPa. Propagasi CS pada
ketiga parameter ditampilkan dalam diagram cross section berdasarkan data ERA5
dan diagram Skew T Log P berdasarkan data pengamatan radiosonde. Data ini
dianalisis tiap 12 jam pada periode H-3 hingga H+1 puncak kejadian CENS.
Hasil penelitian menunjukkan propagasi CS menjadi CENS dapat terlihat
berdasarkan perubahan struktur vertikal atmosfer dari utara Laut Cina Selatan
hingga Jawa bagian barat. Pada propagasi CS ditandai dengan adanya propagasi
pusat anomali negatif ke selatan pada ketiga parameter yang dimulai dari wilayah
Hong Kong pada H-2 dan mencapai wilayah Jakarta pada H+1 puncak kejadian
CENS. Karakteristik struktur vertikal atmosfer ini juga terlihat pada empat titik
lokasi pengamatan radiosonde yaitu mulai pada H-2 di Hong Kong, pada H-1 di
Ranai, pada H-0 di Pangkalpinang dan sampai di Jakarta pada H+1 puncak kejadian
CENS. Penguatan angin meridional, penurunan suhu dan penurunan kelembapan
relatif ini signifikan terjadi pada lapisan atas atmosfer yaitu lapisan 850 hPa hingga
700 hPa di wilayah Hong Kong. Namun, di wilayah Ranai, Pangkalpinang, dan
Jakarta perubahan signifikan ini terjadi pada lapisan bawah atmosfer yaitu lapisan
925 hPa hingga 850 hPa. Propagasi CS hingga menjadi CENS yang diamati
menggunakan data ERA5 dan data pengamatan radiosonde secara umum
menunjukkan hasil yang konsisten. Namun, terdapat perbedaan pada parameter kelembapan spesifik pada lapisan bawah atmosfer yaitu lapisan 1000 hPa hingga
925 hPa. Pada kejadian CENS Januari 2021 menunjukkan adanya variasi durasi dan
intensitas propagasi CS. Pada kejadian CENS-CS 1 propagasi CS dari utara menuju
selatan terlihat jelas yang dipengaruhi oleh pusat tekanan tinggi di wilayah lintang
utara. Adanya gradien meridional anomali tekanan yang kuat menyebabkan
penguatan angin utara dan penurunan suhu yang lebih besar pada kejadian CENSCS
1. Namun, pada kejadian CENS-CS 2 propagasi CS dari utara menuju selatan
tidak terlihat jelas dibandingkan kejadian CENS-CS 1. Hal ini disebabkan oleh
pusat tekanan tinggi di wilayah lintang utara yang lebih lemah dibandingkan pada
kejadian CENS-CS 1. Penguatan angin utara pada kejadian CENS-CS 2 juga
dipengaruhi oleh adanya tekanan rendah di tenggara Samudra Hindia yang menguat
hingga puncak kejadian CENS dan didukung oleh fenomena MJO fase 6 yang
terjadi pada waktu yang bersamaan. Hal ini menyebabkan adanya penguatan angin
meridional dan penurunan suhu yang lebih rendah, namun berlangsung pada waktu
yang lebih lama pada kejadian CENS-CS 2.