digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pada salah satu perusahaan pertambangan batubara terbesar di Indonesia, sebuah Stockpile Transfer Tower (STT) mengalihkan batubara dari Overland Conveyor 2 (OLC-2) ke stacking atau reclaiming conveyor di terminal Batubara secara proporsional. STT terdiri dari 12 bagian, dimana Transition Chute 2 dan Bottom Chute Stacker mengalami keausan berlebih. Karena sulitnya melakukan pengamatan dan uji coba di area tertutup, dilakukan pemodelan dan analisis numerik untuk mencari penyebabnya dan mengatasi masalah ini. Studi ini mengembangkan dan memvalidasi sebuah model Metode Elemen Diskrit (MED) yang layak secara komputasi serta akurat dengan validasi angle of repose test dan trajectory validation – dengan error sebesar 0.5% dan 4.92%, secara berurutan. Analisis keausan dan penyumbatan pada saluran Batubara dilakukan untuk mendapatkan laju kehilangan ketebalan pada 4000 dan kinerja aliran pada 4500 TPJ. Laju kehilangan ketebalan pada Transition Chute 2 dan Bottom Chute Stacker terhitung sebesar 55.79 dan 4.95 mm/tahun. Keausan berlebih ini disebabkan oleh aliran batubara yang mengikis permukaan dengan kecepatan tinggi, hingga 14 m/s. Tidak ada potensi penyumbatan yang teridentifikasi. Selanjutnya, Tujuan dan Persyaratan Desain ditentukan, dan empat alternatif desain modifikasi dikembangkan sebelum dievaluasi. Desain 4, yaitu desain dengan ledges Zirconia-Toughened Alumina (ZTA) terpasang dengan jarak vertikal 1 m, lebar 50 mm, dan tebal 6 mm di Transition Chute 2 dan Bottom Chute Stacker berhasil mengurangi laju kehilangan ketebalan di bawah 1.63 mm/tahun tanpa masalah penyumbatan. Terlepas dari tingginya harga material, desain ini mengurangi kerugian produksi secara signifikan dan mencetak nilai tertinggi dalam weighted decision matrix – 8,1 poin, menjadikannya desain modifikasi yang paling optimum.