Kualitas air sangat penting untuk menentukan kelayakannya dalam berbagai
kebutuhan domestik, industri, pertanian dan lingkungan. Seiring waktu, kualitas
air dapat mengalami degradasi yang dipengaruhi oleh penggunaan lahan termasuk
badan air, hutan, permukiman dan pertanian serta konfigurasi lanskap di berbagai
area tangkapan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perubahan
penggunaan lahan terhadap kualitas air Sungai Citarum Hulu di area tangkapan
Wangisagara, Koyod, Cisirung dan Nanjung berdasarkan perubahan penggunaan
lahan dari tahun 2014, 2017 dan 2022. Parameter kualitas air yang dianalisis
mencakup DHL, suhu, TSS, NH3-N, BOD, COD, DO, NO3-N, dan klorin bebas
yang dipengaruhi oleh variasi spasial, temporal dan musiman. Regresi linear
berganda memberikan identifikasi satu set variabel penggunaan lahan terhadap
kualitas air tunggal. Hasil analisis menunjukkan badan air berkorelasi negatif
dengan suhu, sebaliknya berkorelasi positif dengan klorin bebas. Parameter DHL
dan klorin bebas berkorelasi negatif dengan hutan. Permukiman berkorelasi positif
dengan COD, BOD dan suhu. Pertanian berkorelasi positif dengan NO3-N, NH3-
N, dan TSS, sementara LSI berkorelasi negatif dengan COD. ED berkorelasi
negatif dengan klorin bebas. CONTAG berkorelasi positif dengan BOD. Analisis
redundansi memberikan gambaran satu set variabel penggunaan lahan terhadap
satu set variabel kualitas air. Hasil analisis mengungkapkan bahwa badan air
adalah prediktor utama dari parameter kualitas air. Dampak penggunaan lahan di
area tangkapan Cisirung menghasilkan model lebih baik dibanding dengan area
tangkapan lainnya.