digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Dewi Asriani Nurlaila
PUBLIC Open In Flip Book Perpustakaan Prodi Arsitektur

Peningkatan jumlah lansia di Indonesia akibat peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH) menyebabkan Indonesia sejak tahun 2019 telah masuk struktur penduduk tua (ageing population). Hal ini menunjukkan 10% penduduk Indonesia adalah penduduk lansia. Penduduk lansia adalah penduduk yang berusia di atas 60 tahun. Peningkatan ini menyebabkan Indonesia mengalami bonus demografi ke-2. Bonus demografi kedua adalah keadaan ketika lansia ikut berkontribusi kepada ekonomi. Agar bonus demografi ke-2 di Indonesia dapat tercapai, lansia di Indonesia harus melalui proses penuaan yang baik atau disebut successful aging. Successful aging adalah kondisi ketika lansia terhindar dari segala penyakit, memiliki fungsi kognitif dan fisik yang baik, serta memiliki rasa ingin dan keterlibatan dalam hidup yang tinggi. Akan tetapi, dalam menghadapi bonus demografi dan successful aging ini terdapat tiga permasalahan utama pada lansia yang menyebabkan lansia masuk ke dalam kategori penduduk rentan, yaitu masalah kesehatan (penghalang untuk indikator terbebas dari segala penyakit dan kemampuan kognitif dan fisik), lansia yang sudah tidak produktif secara ekonomi (penghalang untuk indikator lansia memiliki rasa ingin dan keterlibatan dalam hidup yang tinggi), dan membutuhkan pendamping atau caregiver (penghalang untuk indikator kemampuan kognitif dan fisik yang baik pada lansia). Ketiga masalah ini sebenarnya bersimpul pada satu isu permasalahan, yaitu kesehatan. Sebab lansia yang sehat akan mampu berkegiatan, bersosial, dan berkontribusi kepada perekonomian, dan tingkat ketergantungan kepada orang lain akan berkurang. Sehingga dibutuhkan perencanaan baik berupa preventif maupun korektif yang dapat membuat lansia merasakan successful aging sehingga bonus demografi ke-2 di Indonesia dapat terjadi secara maksimal. Salah satu perencanaan tersebut adalah menyediakan hunian beserta lingkungan yang ramah lansia dan mendukung lansia untuk melakukan berbagai kegiatan. Disebabkan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan terhadap lahan untuk membuat tempat tinggal semakin meningkat. Hal ini berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan yang semakin terbatas. Kemudian, isu selanjutnya adalah jumlah lansia yang semakin bertambah maka kebutuhan hunian dan lingkungan yang mendukung untuk lansia akan terus meningkat. Oleh karena itu, dalam proyek ini akan dirancang sebuah bangunan mixed-use dengan fungsi utama adalah hunian, yaitu apartemen, dan fasilitas kesehatan berupa klinik utama yang menitik beratkan kepada spesialis geriatri dengan pendekatan well-being architecture. Tujuan perancangan mendesain apartemen mixed-use dengan kriteria aging-friendly dan mendukung terjadinya successful aging dijawab dengan merancang fasilitas penunjang di dalam komplek apartemen untuk lansia dilengkapi dengan desain yang mempertimbangkan kenyamanan lansia. Tujuan perancangan mendesain apartemen mixed-use yang mendorong lansia agar sehat, mandiri, produktif secara ekonomi, dan bersosial agar mencapai successful aging dijawab dengan menyediakan ruang-ruang fan fasilits yang penunjang lansia untuk beraktivitas sehari-hari secara nyaman. Kemudian, tujuan perancangan mendesain apartemen mixed-use untuk lansia dengan pendekatan desain yang inovatif, adaptif, dan rekreatif dijawab dengan mendesain ruang yang memiliki tingkat kolaboratif tinggi sehingga dapat digunakan untuk berbagai acara dan membuat unit-unit yang dapat menyesuaikan kebutuhan lansia.