digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Annisa Husna
PUBLIC Open In Flip Book TINI SUPARTINI

Mikroalga merupakan agen biologis yang potensial untuk mitigasi pemanasan global melalui sekuestrasi karbon. Organisme fotosintetik ini menyerap karbondioksida dari udara dan mengubahnya menjadi senyawa organik, seperti karbohidrat, protein, pigmen, dan lipid. Dengan efisiensi fotosintetik yang 10-50 kali lebih tinggi daripada tanaman terrestrial, mikroalga adalah organisme yang penting untuk dimanfaatkan sebagai agen penyerap karbon anorganik di udara. Kokutur Chlorella vulgaris dan Spirulina platensis dilaporkan dapat meningkatkan pertumbuhan, penyerapan karbondioksida, dan akumulasi lipid pada mikroalga. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah performa kokultur Spirulina platensis dan Chlorella vulgaris pada sistem autotrofik dalam medium campuran Zarrouk dan Bold Basal Medium (BBM). Variasi rasio medium Zarrouk dan BBM pada kokultur adalah 25:75; 50:50; dan 75:25 (v/v). Performa kokultur S. platensis dan C. vulgaris dibandingkan juga dengan monokultur S. platensis pada Zarrouk 100% dan C. vulgaris pada Bold Basal Medium 100%. Mikroalga dikultivasi selama 16 hari pada botol jamu kaca 1 liter dengan aerasi 0,4 l/min. Pengukuran konsentrasi biomassa dilakukan setiap dua hari. Konsentrasi biomassa digunakan untuk menentukan parameter kinetika laju pertumbuhan spesifik maksimum dan konsentrasi biomassa maksimum melalui pemodelan logistik. Laju penyerapan karbondioksida ditentukan melalui perhitungan antara produktivitas biomassa, jumlah karbon pada biomassa, serta rasio antara massa molekuler karbon dan karbondioksida. Ekstraksi lipid dilakukan dengan metode Bligh dan Dyer. Hasil menunjukkan laju pertumbuhan spesifik maksimum berturut-turut untuk monokultur S. platensis dalam Zarrouk 100%, monokultur C. vulgaris dalam BBM 100%, serta kokultur S. platensis dan C. vulgaris dalam Zarrouk:BBM (25:75; 50:50; dan 75:25 v/v) berturut-turut sebesar 0,28; 0,30; 0,26; 0,21; dan 0,25 /hari dengan nilai tertinggi dicapai oleh monokultur C. vulgaris sebesar 0,30/hari. Tidak ada beda nyata dalam pertumbuhan antarvariasi. Laju penyerapan CO2 sebesar 0,605±0,11; 0,120±0,01; 0,275±0,08; 0,210±0,05; 0,259±0,05 gCO2/l/hari serta jumlah CO2 yang terserap setelah 16 hari sebesar 3,71±0,22; 0,87±0,03; 1,90±0,12; 1,72±0,20; dan 1,79±0,11 gCO2/0,8 liter medium berturut-turut untuk monokultur S. platensis dalam Zarrouk 100%, monokultur C. vulgaris dalam BBM 100%, serta kokultur S. platensis dan C. vulgaris dalam Zarrouk:BBM=25:75; 50:50; dan 75:25 (v/v). Penyerapan CO2 tertinggi dicapai oleh monokultur S. platensis dengan laju penyerapan CO2 sebesar 0,605±0,11 gCO2/l/hari dan CO2 yang terserap setelah 16 hari sebanyak 3,71±0,22 gCO2/0,8 L medium. Terdapat beda nyata dalam penyerapan CO2 pada kelima variasi. Akan tetapi, berdasarkan uji post hoc Tukey tidak terdapat beda nyata antar variasi kokultur. Akumulasi lipid untuk monokultur S. platensis dalam Zarrouk 100%, monokultur C. vulgaris dalam BBM 100%, serta kokultur S. platensis dan C. vulgaris dalam Zarrouk:BBM (25:75; 50:50; dan 75:25 v/v) berturut-turut adalah 0,16±0,04; 0,21±0,04; 0,11±0,01; 0,15±0,07; 0,13±0,01 % (glipid/gbiomassa) dengan nilai tertinggi dicapai oleh monokultur C. vulgaris. Tidak terdapat beda nyata dalam akumulasi lipid antarvariasi. Singkatnya, kokultur S. platensis dan C. vulgaris dapat mensekuestrasi karbon lebih banyak daripada monokultur C. vulgaris, namun lebih sedikit daripada monokultur S. platensis. Pertumbuhan dan akumulasi lipid tertinggi diperoleh pada monokultur C. vulgaris dibandingkan pada monokultur S. platensis maupun kokultur S. platensis dan C. vulgaris