Mikroalga merupakan agen biologis yang potensial untuk mitigasi pemanasan global
melalui sekuestrasi karbon. Organisme fotosintetik ini menyerap karbondioksida dari udara
dan mengubahnya menjadi senyawa organik, seperti karbohidrat, protein, pigmen, dan lipid.
Dengan efisiensi fotosintetik yang 10-50 kali lebih tinggi daripada tanaman terrestrial,
mikroalga adalah organisme yang penting untuk dimanfaatkan sebagai agen penyerap karbon
anorganik di udara. Kokutur Chlorella vulgaris dan Spirulina platensis dilaporkan dapat
meningkatkan pertumbuhan, penyerapan karbondioksida, dan akumulasi lipid pada mikroalga.
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah performa kokultur Spirulina platensis dan Chlorella
vulgaris pada sistem autotrofik dalam medium campuran Zarrouk dan Bold Basal Medium
(BBM). Variasi rasio medium Zarrouk dan BBM pada kokultur adalah 25:75; 50:50; dan 75:25
(v/v). Performa kokultur S. platensis dan C. vulgaris dibandingkan juga dengan monokultur S.
platensis pada Zarrouk 100% dan C. vulgaris pada Bold Basal Medium 100%. Mikroalga
dikultivasi selama 16 hari pada botol jamu kaca 1 liter dengan aerasi 0,4 l/min. Pengukuran
konsentrasi biomassa dilakukan setiap dua hari. Konsentrasi biomassa digunakan untuk
menentukan parameter kinetika laju pertumbuhan spesifik maksimum dan konsentrasi
biomassa maksimum melalui pemodelan logistik. Laju penyerapan karbondioksida ditentukan
melalui perhitungan antara produktivitas biomassa, jumlah karbon pada biomassa, serta rasio
antara massa molekuler karbon dan karbondioksida. Ekstraksi lipid dilakukan dengan metode
Bligh dan Dyer. Hasil menunjukkan laju pertumbuhan spesifik maksimum berturut-turut untuk
monokultur S. platensis dalam Zarrouk 100%, monokultur C. vulgaris dalam BBM 100%, serta
kokultur S. platensis dan C. vulgaris dalam Zarrouk:BBM (25:75; 50:50; dan 75:25 v/v)
berturut-turut sebesar 0,28; 0,30; 0,26; 0,21; dan 0,25 /hari dengan nilai tertinggi dicapai oleh
monokultur C. vulgaris sebesar 0,30/hari. Tidak ada beda nyata dalam pertumbuhan
antarvariasi. Laju penyerapan CO2 sebesar 0,605±0,11; 0,120±0,01; 0,275±0,08; 0,210±0,05;
0,259±0,05 gCO2/l/hari serta jumlah CO2 yang terserap setelah 16 hari sebesar 3,71±0,22;
0,87±0,03; 1,90±0,12; 1,72±0,20; dan 1,79±0,11 gCO2/0,8 liter medium berturut-turut untuk
monokultur S. platensis dalam Zarrouk 100%, monokultur C. vulgaris dalam BBM 100%, serta
kokultur S. platensis dan C. vulgaris dalam Zarrouk:BBM=25:75; 50:50; dan 75:25 (v/v).
Penyerapan CO2 tertinggi dicapai oleh monokultur S. platensis dengan laju penyerapan CO2
sebesar 0,605±0,11 gCO2/l/hari dan CO2 yang terserap setelah 16 hari sebanyak 3,71±0,22
gCO2/0,8 L medium. Terdapat beda nyata dalam penyerapan CO2 pada kelima variasi. Akan
tetapi, berdasarkan uji post hoc Tukey tidak terdapat beda nyata antar variasi kokultur.
Akumulasi lipid untuk monokultur S. platensis dalam Zarrouk 100%, monokultur C. vulgaris
dalam BBM 100%, serta kokultur S. platensis dan C. vulgaris dalam Zarrouk:BBM (25:75;
50:50; dan 75:25 v/v) berturut-turut adalah 0,16±0,04; 0,21±0,04; 0,11±0,01; 0,15±0,07;
0,13±0,01 % (glipid/gbiomassa) dengan nilai tertinggi dicapai oleh monokultur C. vulgaris. Tidak
terdapat beda nyata dalam akumulasi lipid antarvariasi. Singkatnya, kokultur S. platensis dan
C. vulgaris dapat mensekuestrasi karbon lebih banyak daripada monokultur C. vulgaris, namun
lebih sedikit daripada monokultur S. platensis. Pertumbuhan dan akumulasi lipid tertinggi
diperoleh pada monokultur C. vulgaris dibandingkan pada monokultur S. platensis maupun
kokultur S. platensis dan C. vulgaris