digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Insirra Anisa Bayna
PUBLIC Open In Flip Book Perpustakaan Prodi Arsitektur

Penggunaan sungai sebagai ruang usaha merupakan hal yang lazim dilakukan masyarakat di tepian Sungai Mempawah. Terdapat dua usaha yang banyak dijalankan di Sungai Mempawah: Usaha Restoran dan usaha penyewaan sampan. Kedua usaha ini menunjukkan tren yang positif sehingga usaha tersebut bertambah banyak. Kebutuhan ruang untuk usaha di tepian sungai membuat hunian-hunian di tepian Sungai Mempawah memiliki fungsi ganda sebagai ruang usaha. Rumah menjadi tempat untuk menjalan usaha berbasis rumah tangga. Meskipun secara ekonomi memiliki dampak positif, namun aktivitas usaha rumahan ini memiliki ragam permasalahan. Hunian-usaha ini tidak responsif terhadap keberadaan sungai. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya hunian yang melanggar peraturan terkait garis sempadan sungai dengan mengekspansi massa bangunannya ke arah sungai agar dekat dengan sumber usaha. Limbah domestik usaha juga tidak diolah sehingga masih dibuang di sungai. Selain itu, karena hunian-hunian tersebut tidak dirancang untuk usaha, maka terdapat beberapa permasalahan dalam hunian itu sendiri: sirkulasi yang tidak efisien, percampuran antara ruang usaha dan privat serta ketidaksesuaian kapasitas. Proyek ini mencoba merancang hunian-usaha yang responsif terhadap keberadaan sungai dan aktivitas usaha itu sendiri. Pendekatan arsitektur ramah lingkungan yang disertai dengan kajian tipologi hunian-usaha dipilih agar dapat menjawab kedua isu tersebut. Dari kajian terkait arsitektur ramah lingkungan dan presedennya, diketahui bahwa membangun bangunan sesuai peraturan sempadan merupakan salah satu cara merespon keberadaan sungai. Selain itu, perlu adanya pengolahan air limbah sehingga aktivitas usaha tidak berperan mencemari sungai. Melalui kajian terkait usaha berbasis rumah tangga, ditemukan bahwa perlu adanya batasan pembagian yang jelas antara ruang hunian dan ruang usaha agar hunian usaha nyaman bagi penghuni maupun pengunjung. Hal tersebut dapat dicapai dengan memisahkan ruang dan sirkulasi publik pada hunian. Selain itu, ruang usaha juga harus melihat kapasitas tapak dan lingkungan sekitarnya. Hasil studi menunjukkan bahwa penggunaan sempadan sebagai area hijau dan tersedianya pengolahan limbah merupakan penyelesaian utama dari permasalahan di atas. Ditemukan juga bahwa arsitektur setempat juga memiliki peran penting dalam pembangunan ramah lingkungan dengan konteks tepi Sungai Mempawah. Elemen arsitektur ramah lingkungan lainnya seperti penggunaan material lokal dan energi terbaharukan menunjang penyelesaian di atas. Pada permasalahan terkait aktivitas usaha, didapati bahwa hunian usaha dapat berfungsi secara maksimal apabila dilakukan ekspansi ruang usaha sehingga aktivitas usaha dan hunian memiliki ruang tersendiri.