digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Dea Rismayanti
PUBLIC Alice Diniarti

Pandemi COVID-19, yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, telah menimbulkan tantangan global yang signifikan dengan dampak kesehatan masyarakat yang luas. Walaupun pandemi telah berakhir, deteksi dini tetap diperlukan untuk mencegah kemungkinan gelombang SARSCoV- 2 baru atau potensi pandemi lainnya di masa depan. Untuk mengatasi tantangan ini, pengembangan biosensor berbasis carbon nanodots (CDs) berpotensi sebagai solusi yang efisien dan hemat biaya untuk deteksi dini SARS-CoV-2. CDs menawarkan sifat fotostabilitas tinggi dan biokompatibilitas yang baik, sehingga menjadi kandidat ideal untuk konstruksi biosensor, salah satunya dengan metode immunosensor FRET (Fluorescence Resonance Electron Transfer). Pada penelitian ini, CDs yang dikonjugasikan dengan antibodi poliklonal (CDs-Ab) melalui coupling EDC/NHS digunakan sebagai donor dan graphene oxide (GO) digunakan sebagai akseptor untuk menghasilkan efek FRET dalam sistem immunosensor. Perlakuan variasi konsentrasi CDs (0,5; 1; 1,5 mg/mL) dan GO (0; 25; 50; 75; 100 ?g/mL), serta durasi inkubasi CDs-Ab dengan GO (5-60 menit), dilakukan untuk mendapatkan efek FRET yang paling optimum. Kemudian, dilakukan uji sensitivitas pada sistem immunosensor dengan menggunakan antigen SARS-CoV-2 pada rentang konsentrasi 100-5000 ng/mL untuk menguji keberhasilan sistem immunosensor. Hasil menunjukkan konsentrasi CDs yang paling optimum untuk dikonjugasikan dengan antibodi adalah CDs dengan konsentrasi 1,5 mg/mL yang ditandai adanya pergeseran panjang gelombang puncak emisi (redshift) yang konsisten pada eksitasi 365 nm. Konsentrasi GO 100 ?g/mL dengan durasi inkubasi 5 menit menjadi konsentasi dan waktu inkubasi yang paling optimum untuk menghasilkan efek FRET dalam sistem immunosensor dengan efisiensi peredaman fluorescence (quenching) mencapai 45%. Sistem immunosensor yang dikembangkan berhasil mendeteksi antigen yang ditunjukan oleh adanya perbandingan nilai fluorescence yang signifikan (p-value<0,05) antara perlakuan variasi antigen dengan kontrol negatif (CDs-Ab+GO). Konsentrasi antigen diketahui berhubungan linear terhadap intensitas fluorescence yang dihasilkan sistem immunosensor (R2 = 0,972) dengan limit deteksi mencapai 1,57 ng/mL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa antibodi poliklonal terkonjugasi carbon nanodots pyrrolic dapat digunakan sebagai immunosensor berbasis fluorescence untuk deteksi antigen SARS-CoV-2.