Pandemi COVID-19, yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, telah menimbulkan tantangan
global yang signifikan dengan dampak kesehatan masyarakat yang luas. Walaupun pandemi
telah berakhir, deteksi dini tetap diperlukan untuk mencegah kemungkinan gelombang SARSCoV-
2 baru atau potensi pandemi lainnya di masa depan. Untuk mengatasi tantangan ini,
pengembangan biosensor berbasis carbon nanodots (CDs) berpotensi sebagai solusi yang
efisien dan hemat biaya untuk deteksi dini SARS-CoV-2. CDs menawarkan sifat fotostabilitas
tinggi dan biokompatibilitas yang baik, sehingga menjadi kandidat ideal untuk konstruksi
biosensor, salah satunya dengan metode immunosensor FRET (Fluorescence Resonance
Electron Transfer). Pada penelitian ini, CDs yang dikonjugasikan dengan antibodi poliklonal
(CDs-Ab) melalui coupling EDC/NHS digunakan sebagai donor dan graphene oxide (GO)
digunakan sebagai akseptor untuk menghasilkan efek FRET dalam sistem immunosensor.
Perlakuan variasi konsentrasi CDs (0,5; 1; 1,5 mg/mL) dan GO (0; 25; 50; 75; 100 ?g/mL),
serta durasi inkubasi CDs-Ab dengan GO (5-60 menit), dilakukan untuk mendapatkan efek
FRET yang paling optimum. Kemudian, dilakukan uji sensitivitas pada sistem immunosensor
dengan menggunakan antigen SARS-CoV-2 pada rentang konsentrasi 100-5000 ng/mL untuk
menguji keberhasilan sistem immunosensor. Hasil menunjukkan konsentrasi CDs yang paling
optimum untuk dikonjugasikan dengan antibodi adalah CDs dengan konsentrasi 1,5 mg/mL
yang ditandai adanya pergeseran panjang gelombang puncak emisi (redshift) yang konsisten
pada eksitasi 365 nm. Konsentrasi GO 100 ?g/mL dengan durasi inkubasi 5 menit menjadi
konsentasi dan waktu inkubasi yang paling optimum untuk menghasilkan efek FRET dalam
sistem immunosensor dengan efisiensi peredaman fluorescence (quenching) mencapai 45%.
Sistem immunosensor yang dikembangkan berhasil mendeteksi antigen yang ditunjukan oleh
adanya perbandingan nilai fluorescence yang signifikan (p-value<0,05) antara perlakuan
variasi antigen dengan kontrol negatif (CDs-Ab+GO). Konsentrasi antigen diketahui
berhubungan linear terhadap intensitas fluorescence yang dihasilkan sistem immunosensor (R2
= 0,972) dengan limit deteksi mencapai 1,57 ng/mL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
antibodi poliklonal terkonjugasi carbon nanodots pyrrolic dapat digunakan sebagai
immunosensor berbasis fluorescence untuk deteksi antigen SARS-CoV-2.