Phyllanthus niruri (meniran) merupakan salah satu tanaman obat yang mengandung berbagai
senyawa dengan potensi farmakologis, seperti fenol, flavonoid, dan lignan. Salah satu senyawa
lignan yang menjadi senyawa penanda penting dalam penilaian kualitas meniran adalah
filantin. Senyawa ini memiliki berbagai aktivitas farmakologis, seperti hepatoprotektif,
antioksidan, dan imunomodulator pada manusia. Pada tanaman, lignan berfungsi sebagai
metabolit sekunder yang berperan dalam respons pertahanan terhadap cekaman lingkungan.
Biosintesis dan akumulasi metabolit sekunder pada tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Oleh karena itu, peningkatan kandungan filantin pada meniran dapat dicapai
melalui rekayasa kondisi lingkungan tempat tumbuhanya tanaman, salah satunya dengan
penggunaan elisitor abiotik dan biotik. Mekanisme sinyal elisitasi tersebut perlu
dipelajari secara mendalam melalui pendekatan integratif yang mencakup analisis
pertumbuhan, fisiologi, metabolomik, metagenomik, dan transkriptomik.
Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh elisitasi sinergis antara jamur endofit dan
mikroba rizosfer yang diisolasi dari meniran, dikombinasikan dengan induksi cekaman
kekeringan, terhadap aspek pertumbuhan, perkembangan dan akumulasi metabolit sekunder.
Parameter yang diamati meliputi kandungan filantin, fenol total, flavonoid total, akumulasi
ROS (H2O2), serta aktivitas enzim antioksidan SOD, APX dan CAT. Selain itu, penelitian ini
juga mengevaluasi pengaruh elisitasi sinergis pada meniran melalui pendekatan multiomik.
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain: (1) elisitasi jamur endofit,
mencakup eksplorasi, isolasi, uji potensi, identifikasi molekuler, analisis koeksistensi, dan uji
kokultivasi pada meniran; (2) seleksi level cekaman kekeringan; (3) elisitasi sinergis jamur
endofit dan cekaman kekeringan terpilih; (4) analisis fisiologis dan biokimia melalui analisis
kandungan filantin, flavonoid total, fenol total, akumulasi H2O2, dan aktivitas enzim
antioksidan SOD, APX, dan CAT; serta (5) analisis metabolomik, metagenomik, dan
transkriptomik untuk menjelaskan mekanisme molekuler yang mendasari respons tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi dengan jamur Fusarium sp. dan pemberian
cekaman kekeringan sebesar 55% Kapasitas Lapang (KL) pada 7 minggu setelah tanam (MST)
memicu peningkatan kandungan H2O2, sebagai sinyal cekaman, yang diikuti oleh peningkatkan
aktivitas enzim antioksidan (APX, CAT, SOD), prolin, flavonoid total, kandungan filantin, dan
rendemen filantin. Peningkatan kandungan filantin ini disertai dengan penurunan senyawa
penanda cekaman seperti eicosane dan 7,9-Di-tert-butyl-1-oxaspiro(4,5)deca-6,9-diene-2,8-
dione. Elisitasi sinergis tidak hanya meningkatkan akumulasi senyawa antioksidan dan filantin,
tetapi juga mengaktivasi jalur biosintesis metabolit sekunder seperti ubiquinone, terpenoid-
quinon, steroid, sesquiterpenoid, triterpenoid, serta metabolisme primer seperti glikolisis dan
piruvat, yang mendukung ketahanan tanaman terhadap cekaman.
Analisis metagenomik menunjukkan bahwa kokultivasi Fusarium sp. dan cekaman kekeringan
55% KL membentuk kembali komunitas mikroba di tajuk, akar, dan rizosfer dengan
keberhasilan introduksi Fusarium delphinoides yang sebelumnya tidak terdeteksi pada kontrol.
Perubahan komunitas jamur ini disertai dengan peningkatan kelimpahan kelas jamur seperti
Dothideomycetes, Saccharomycetes, dan Sordariomycetes, yang berpotensi meningkatkan
toleransi cekaman dan berperan sebagai agen biokontrol. Korelasi antar genus jamur
menunjukkan bahwa Fusarium dapat bertindak sebagai pemicu suksesi komunitas mikroba
spesifik .
Analisis transkriptomik menunjukkan bahwa perlakuan sinergis meningkatkan ekspresi
1.669 gen yang terkait dengan respons pertahanan kompleks, termasuk aktivasi jalur
fitohormon, metabolisme primer dan sekunder, serta regulasi pertumbuhan. Jalur
fenilpropanoid terinduksi secara spesifik, termasuk biosintesis flavonoid dan lignan.
Meskipun gen PAL mengalami penurunan ekspresi, gen kunci dalam sintesis lignan seperti
4CLL1, CCR1, CADH, HST, CSE, LAC14, LAC9, C81Q2, dan SILD mengalami peningkatan
ekspresi, yang mengindikasikan aktivasi jalur pinoresinol/secoisolariciresinol menuju
akumulasi filantin.
Respons cekaman juga melibatkan aktivasi jalur biosintesis senyawa pertahanan lainnya seperti
terpenoid (GTOMC, TOCC), steroid (DET2, VEP1, HSD1b, HSD6), dan triterpenoid (BAMS,
LUPS). Walaupun beberapa gen flavonoid seperti CHSY, CHIL2, dan F3PH mengalami
penurunan ekspresi, kandungan total flavonoid tetap meningkat, menunjukkan adanya regulasi
diferensial pada tingkat transkripsi dan metabolisme.
Perubahan ekspresi gen yang terkonsentrasi pada apoplas (ruang antar sel), dinding sel,
kloroplas, dan vakuola, menunjukkan adanya restrukturisasi sel dan peningkatan metabolisme
energi, sintesis protein, serta interaksi tanaman-mikroba sebagai respons adaptif terhadap
elisitasi dan cekaman. Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan informasi penting
mengenai respons fisiologis dan molekuler meniran terhadap elisitasi sinergis melalui inokulasi
jamur endofit dan cekaman kekeringan, yang berpotensi dikembangkan lebih lanjut untuk
budidaya tanaman obat berkualitas tinggi.
Perpustakaan Digital ITB