Kondisi tektonik Indonesia yang terletak di pertemuan empat lempeng besar dunia
menjadikan gempa bumi sebagai penyebab utama kerugian ekonomi negara akibat
bencana alam. Untuk mengatasi risiko tersebut, reasuransi digunakan sebagai upaya
untuk membagi risiko (risk sharing) terutama untuk kerugian yang bernilai besar.
Dalam kontrak reasuransi stop-loss, semakin tinggi nilai retensi maka risiko yang
ditanggung oleh perusahaan asuransi (insurer atau cedent) meningkat, namun premi
reasuransi menjadi lebih kecil karena risiko yang ditanggung oleh perusahaan
reasuransi (reinsurer) menurun, dan sebaliknya. Tesis ini menjawab masalah tradeoff
tersebut dengan menentukan retensi optimal yang meminimumkan ukuran risiko
value-at-risk (VaR) dan tail value-at-risk (TVaR) dari total pengeluaran (total cost)
cedent dengan premi reasuransi dihitung menggunakan prinsip premi ekspektasi,
variansi, dan standar deviasi. Selain itu, retensi optimal pada reasuransi stop-loss
multitingkat yang mana reinsurer mereasuransikan kembali perusahaannya kepada
perusahaan reasuransi lain juga dibahas. Dalam Tesis ini, penentuan nilai retensi
optimal diimplementasikan pada data total kerugian agregat yang mengikuti
distribusi lognormal, yang diperoleh melalui simulasi event loss table (ELT) dalam
loss module pada Earthquake Catastrophe (CAT) Model. ELT tersebut dibangun
berdasarkan distribusi peluang moment magnitude gempa mainshock tektonik
historis yang dimodelkan oleh distribusi generalized Pareto untuk nilai average
recurrence interval tertentu. Metodologi ini diaplikasikan pada data kerugian
finansial akibat gempa bumi tektonik atas bangunan residensial di Pulau Papua,
Indonesia. Retensi optimal yang diperoleh kemudian diterapkan dalam strategi
pembiayaan risiko bencana gempa bumi sesuai dengan skema pembiayaan yang
ditetapkan oleh Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Republik
Indonesia.