digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Studi ini menganalisis perbedaan rasio keuangan perusahaan kesehatan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam tiga periode berbeda: sebelum (2016-2019), selama (2020-2023), dan sesudah pandemi COVID-19 (2024). Sektor kesehatan berada di pusat krisis, mengalami lonjakan permintaan yang signifikan dan gangguan operasional yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pendekatan kuantitatif menggunakan Pengukuran Berulang ANOVA dan uji Friedman diterapkan untuk mengevaluasi perubahan dalam tiga periode yang sudah ditentukan. Penelitian ini menganalisis 10 perusahaan kesehatan yang dipilih melalui purposive sampling, menggunakan analisis rasio keuangan yang terbagi dalam empat kategori utama: likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas. Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau situs web resmi perusahaan. Temuan menunjukkan bahwa sebagian besar rasio keuangan tidak mengalami perbedaan signifikan selama tiga periode, kecuali rasio lancar, rasio cepat, dan periode penagihan rata- rata. Rasio likuiditas menunjukkan tren penurunan, mengindikasikan adanya tantangan dalam menjaga stabilitas keuangan jangka pendek. Rasio solvabilitas seperti rasio utang terhadap aset dan rasio utang terhadap ekuitas meningkat selama pandemi, mencerminkan ketergantungan yang lebih besar pada pendanaan eksternal, namun perubahan ini tidak signifikan secara statistik. Rasio profitabilitas menunjukkan tren yang beragam, dengan beberapa rasio mengalami kenaikan sementara selama pandemi tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik secara keseluruhan. Rasio aktivitas menunjukkan hanya periode penagihan rata-rata yang terdapat perbedaan signifikan. Perubahan rasio didorong oleh faktor-faktor seperti peningkatan biaya operasional, penagihan piutang yang lebih lambat, dan penurunan permintaan terkait pandemi. Studi ini merekomendasikan peningkatan manajemen likuiditas, pemrosesan klaim BPJS yang lebih cepat, dan investasi dalam efisiensi digital dan operasional. Para pembuat kebijakan didorong untuk memperkuat infrastruktur dan dukungan regulasi. Penelitian di masa mendatang disarankan untuk memperluas jangka waktu penelitian sesudah pandemi dan mempertimbangkan sampel yang lebih luas dan metrik non-keuangan untuk penilaian yang komprehensif.