digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Representasi merupakan proses seleksi dengan memilih aspek yang mewakili suatu realitas sehingga tidak menggambarkan kebenaran atau kenyataan keadaan sebenarnya. Penelitian ini didasari pada masalah maraknya penggunaan topik feminisme dalam film animasi yang sering menghasilkan representasi feminisme yang monoton, penggambaran karakter perempuan cenderung dibuat dengan daya tarik seksual dan kepribadian maskulin. Oleh karena itu, diperlukan penggambaran desain karakter yang berbeda, baik dari ciri eksplisit maupun inti karakter, yang diduga ditemukan dalam film animasi Studio Ghibli. Karakter perempuan sering kali mendapat peran pasif dalam sebuah interaksi sesama karakter, terutama jika terdapat karakter laki-laki. Film animasi Studio Ghibli diduga memiliki penggambaran interaksi yang berbeda antara karakter utama perempuan dengan karakter lain maupun dengan lingkungannya. Penulis bermaksud meneliti representasi feminisme terutama ekofeminisme, feminisme liberal, dan feminisme gelombang ketiga dalam karakter utama perempuan di film animasi Studio Ghibli. Pemilihan objek penelitian didasari oleh karakteristik film-film Ghibli yang mampu menyampaikan pesan tersirat mengenai perjuangan karakter utama yang pada umumnya berupa perempuan muda dengan mengangkat tema lingkungan. Penelitian ini mengkaji desain karakter untuk memahami representasi feminisme melalui ciri-ciri eksplisit dan inti dari karakter, serta menganalisis interaksi karakter utama dengan karakter lain dan lingkungan sekitarnya. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif berbasis analisis konten terhadap karakter utama perempuan film animasi Studio Ghibli yang disutradarai Hayao Miyazaki yang rilis pada tahun 1984-2001. Penelitian dilakukan dengan menentukan pertanyaan penelitian, memilih materi penelitian, membuat kategori analisis berdasarkan teori desain karakter, membagi konten materi film, menandai bagian yang dianalisis, melakukan analisis utama, dan menginterpretasi hasil analisis. Pemilihan terhadap film dilakukan sebab sebelum tahun 1980, perempuan Jepang hanya diperbolehkan untuk memiliki fokus ke pernikahan, masyarakat menganggap istri sebagai pekerjaan bagi perempuan. Film yang dipilih dibuat pada masa terjadinya perubahan pandangan terhadap perempuan Jepang pada tahun 1990-an baik dalam segi peningkatan edukasi dan lapangan kerja bagi perempuan maupun pandangan bahwa pernikahan bukan merupakan fokus utama dalam tujuan hidup perempuan. Pada masa tersebut, perempuan Jepang dipebolehkan untuk menjalani edukasi dalam ilmu kesejahteraan rumah tangga (home economic) dan ilmu kemanusiaan. Empat film yang dipilih ialah Nausicaa The Valley of The Wind (1984), My Neighbor Totoro (1988), Kiki’s Delivery Service (1989), dan Spirited Away (2001). Keempat film tersebut memiliki karakter utama yang bernama Nausicaa, Satsuki Kusakabe, Kiki, dan Chihiro Ogino. Peneliti mereduksi kategori desain karakter milik Robert McKee yang dibagi menjadi tiga elemen ciri eksplisit, empat elemen inti karakter, dan dua konflik yang menimbulkan interaksi karakter. Setelah melewati proses pembagian konten film dan menandai bagian yang dianalisis, hasil identifikasi menunjukkan bentuk tubuh yang tidak berupa jam pasir (hourglass) melainkan bentuk buah pir, bulat, dan kotak. Setiap karakter juga memiliki kostum dan atribut yang mengalami perubahan seiring berjalannya cerita, kostum dan atribut karakter tidak terbuka atau seksual. Hasil identifikasi terhadap inti keempat karakter utama tersebut menunjukkan sisi internal yang gigih, kuat, dan berani. Keempat karakter memiliki inti personal yang berkaitan erat dengan keluarga dan inti sosial yang aktif berinteraksi dengan karakter lain. Setiap individu karakter memiliki inti bawah sadar berisi rasa bimbang, cemas, dan takut yang kemudian menghilang seiring berjalannya cerita kecuali pada karakter Kiki. Hasil penelitian menunjukkan adanya representasi feminisme dalam keempat film Studio Ghibli tersebut, yaitu di bidang feminisme liberal dengan menentukan pilihan sendiri dan kesetaraan dengan laki-laki, feminisme gelombang ketiga pada sisi pembelajaran bagi diri, dan ekofeminisme Jepang yang mengimplementasi kesetaraan seluruh makhluk, baik manusia maupun lingkungan sebab keduanya merupakan keturunan Kami (Tuhan).