Polivinil klorida (PVC) merupakan polimer yang memiliki stabilitas panas yang
rendah sehingga memerlukan stabiliser panas dalam pengolahannya. Salah satu
stabiliser panas yang banyak digunakan adalah stabiliser reverse ester atau
stabiliser timah organik ester balik (TOEB). Secara komersial, stabiliser ini
diproduksi dari asam lemak pinus atau Tall Oil Fatty Acid (TOFA) yang merupakan
hasil samping dari fraksinasi Crude Tall Oil (CTO). Produksi CTO mulai menurun
karena CTO merupakan produk turunan sumber daya hutan dengan ketersediaan
bahan baku yang semakin berkurang. Sementara itu, kebutuhan CTO semakin
meningkat karena material ini mulai digunakan sebagai bahan baku biofuel. Kondisi
ini menyebabkan perlunya pencarian bahan baku lain sebagai alternatif pembuatan
stabiliser TOEB.
Indonesia merupakan salah satu produsen beras dunia. Beras diperoleh dari proses
penyosohan padi yang menghasilkan produk samping berupa dedak padi. Di
Indonesia, dedak padi yang dihasilkan diperkirakan mencapai tiga juta ton dalam
satu tahun. Dedak padi mengandung 15–19,7% minyak dengan kandungan dan
komposisi asam lemak yang mirip dengan asam lemak pada TOFA. Selain itu,
dedak padi juga mengandung enzim lipase aktif yang dapat mengkonversi
trigliserida menjadi asam lemak bebas. Oleh karena itu, dedak padi dipandang
berpotensi untuk menjadi bahan baku alternatif untuk memproduksi TOEB.
Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi stabiliser TOEB dari asam lemak
dedak padi kasar (CRFA) dan membandingkan karakteristik serta kinerjanya
dengan TOEB yang diperoleh dari asam lemak dedak padi murni (RRFA) dan
TOFA. Sintesis TOEB dilakukan dalam dua tahap reaksi. Tahap pertama adalah
reaksi antara asam lemak dengan merkaptoetanol untuk menghasilkan merkapto etil
asam lemak (MEAL). Tahap kedua adalah reaksi antara MEAL dengan metil timah
klorida (MTC) untuk menghasilkan TOEB.
Untuk mengetahui pengaruh perbandingan reaktan tehadap karakteristik TOEB
yang diperoleh, komposisi reaktan pada sintesis TOEB divariasikan dengan
perbandingan MTC terhadap MEAL defisit 10%, stoikiometri dan ekses 10%.
Dosis stabiliser divariasikan pada 0,25 phr ; 0,5 phr dan 1 phr untuk mengetahui
pengaruh dosis terhadap stabilitas PVC. Karakteristik MEAL dan TOEB yang
dihasilkan diuji menggunakan spektra FTIR. Analisis MEAL dilakukan dengan
mengukur kadar sulfhidril dan kadar asam lemak bebas. Analisis TOEB dilakukan
dengan mengukur kadar sulfur dan kadar timah. Pemeriksaan efek stabilisasi
dilakukan dengan uji statis menggunakan DHC dan uji dinamis dengan two roll
mill.
Penelitian ini berhasil menyintesis TOEB dengan kadar sulfur sebesar 6,0–6,7%
dan kadar timah sebesar 10,6–11,4%. Kemurnian TOEB yang dihasilkan
diperkirakan berkisar antara 75–84%. Keberhasilan sintesis TOEB dikonfirmasi
oleh hasil pengujian spektra FTIR. CRFA menghasilkan TOEB dengan kemurnian,
kadar sulfur dan kadar timah yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan TOEB
RRFA dan TOEB TOFA tetapi tidak memberikan perbedaan kinerja yang
signifikan. Perbedaan kemurnian bahan baku tidak memberikan dampak berarti
pada efek stabilisasi. Hasil uji DHC dengan variasi dosis stabiliser menunjukkan
PVC dengan dosis stabiliser 1 phr memiliki waktu induksi dan waktu stabilisasi
paling baik. Berdasarkan kadar sulfur, kadar timah dan efek stabilisasi, TOEB yang
disintesis dengan perbandingan MTC : MEAL sesuai kebutuhan stoikiometri
memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan TOEB ekses dan TOEB
defisit.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi. Secara keilmuan, penelitian ini menambah informasi
dan pemahaman mengenai sintesis TOEB dari bahan baku alternatif serta efek
stabilisasi termal yang dihasilkan. Secara praktis, penelitian ini dapat meningkatkan
keberlanjutan produksi stabiliser TOEB dengan menyediakan bahan baku alternatif
untuk menyubstitusi penggunaan TOFA yang ketersediaannya semakin terbatas.
Selain itu, penelitian ini berkontribusi dalam mengurangi pencemaran lingkungan
dengan menghasilkan stabiliser panas ramah lingkungan yang berpotensi menjadi
pengganti stabiliser timbal. Penelitian ini juga memberikan khasanah baru
mengenai produk yang dapat dihasilkan dari dedak padi.