Setiap kejadian efek samping obat (ESO) perlu dikumpulkan dalam bentuk laporan. Indonesia diketahui memiliki aplikasi pelaporan ESO yang diluncurkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yaitu e-MESO mobile untuk industri farmasi, tenaga medis dan tenaga kesehatan. Sedangkan masyarakat tidak memiliki akses tersebut. Untuk mendukung peran masyarakat dalam pelaporan ESO dan meningkatkan angka pelaporan oleh tenaga medis dan tenaga kesehatan yang sebelumnya hanya sukarela, diperlukan pengembangan seperti aplikasi seluler untuk komunikasi risiko secara dua arah. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pengetahuan tentang pelaporan ESO menggunakan e-MESO mobile, mengidentifikasi pilihan penggunaan aplikasi pelaporan ESO, serta menilai preferensi penggunaan aplikasi seluler komunikasi risiko secara dua arah pada tenaga medis serta tenaga kesehatan. Metode yang digunakan adalah studi observasional menggunakan desain potong lintang berupa kuesioner kepada tenaga medis dan tenaga kesehatan di RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung dari bulan November hingga Desember 2023. Dari 140 responden, pengetahuan terkait e-MESO mobile masih rendah (1,4%) dengan pilihan penggunaan aplikasi pelaporan akan terdorong apabila terdapat aspek inovatif (92,9%). Untuk saat ini, minat tenaga medis dan tenaga kesehatan pada aplikasi seluler terkait komunikasi risiko dua arah cukup tinggi (77,8%). Namun, hasil tersebut memang masih rendah jika dibandingkan dengan fungsi pelaporan ESO (83,5%). Hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan signifikan antara profesi dengan pengetahuan adanya e-MESO mobile (p<0,001) dan tidak ada hubungan antara lama bekerja serta profesi dengan minat pada aplikasi seluler komunikasi risiko secara dua arah (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa meskipun pengetahuan tentang e-MESO mobile rendah, ada potensi tinggi untuk meningkatkan penggunaan dengan pengembangan fitur inovatif dan terdapat minat yang cukup tinggi terhadap aplikasi komunikasi risiko secara dua arah.