digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak Nurul Aulya Artha Ningrum
PUBLIC yana mulyana

Gagal jantung masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia karena tingginya angka morbiditas dan mortalitas. Pada berbagai uji klinik, sacubitril-valsartan terbukti lebih efektif daripada obat standar dalam mengurangi risiko kematian dan hospitalisasi pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi rendah (HFrEF), namun penggunaannya masih terbatas di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola penggunaan, terutama penghentian obat sebagai indikasi ketidakpatuhan, luaran terapi sacubitril-valsartan serta hubungan demografi dengan luaran terapi tersebut dengan menggunakan data dari Rumah Sakit di Indonesia. Luaran terapi atau endpoint berupa hospitalisasi atau kematian akibat gagal jantung, diamati selama 8 bulan sejak pertama kali diresepkan sacubitril-valsartan. Penelitian dilakukan dengan metode observasional dan desain studi cohort secara retrospektif, melibatkan 111 pasien HFrEF di RSUD Kabupaten Tangerang. Data penelitian diperoleh dari transaksi instalasi farmasi, sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS), dan rekam medis pasien tahun 2021-2023. Kaplan-Meier time to event digunakan untuk menganalisis pola putus obat dan kejadian endpoint, sementara Chi-Square dan Fisher Exact digunakan untuk menganalisis hubungan karakteristik demografi dengan kejadian endpoint. Hingga akhir periode pengamatan, didapat probabilitas subjek berhenti menggunakan sacubitril-valsartan sebesar 21,96% (event=11) dan probabilitas terjadinya endpoint sebesar 25,23% (event=28) (probability of survival sebesar 74,77% dan mean endpoint time 18,14 minggu). Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik (p<0,05) antara keberadaan komorbiditas, khususnya diabetes melitus, hipertensi, disfungsi ginjal, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dengan kejadian endpoint. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan dan dosis sacubitril-valsartan sudah sesuai dengan tatalaksana PERKI tahun 2023, terdapat indikasi putus obat dengan probabilitas yang cukup tinggi, dan probabilitas terjadinya endpoint mendekati hasil studi-studi terdahulu.